Jumat, 23 Agustus 2013

AKAL


Detik ini kita sudah sampai di sini, di tempat yang berbeda saat pagi tadi kita berada. Ikan di kolam itu sudah semakin gembung. Harum melati semerbak. Dan aku, kini tak seperti dulu. Dulu.. saat aku tak malu berkaca dan bergaya. Dengan berbinar, Ibu  bilang prestasiku semakin cemerlang. Di pagi hari, Bapak selalu berbagi kopi hangat denganku seraya berpesan aku tidak boleh nakal di sekolah. Tiada masa yang paling menyenangkan selain masa miniku. Aku selalu merasa menjadi yang terbaik. Tak apa jika ada teman yang tak mau main denganku, pasti dia iri, lagian dia juga anak nakal sedangkan aku anak baik. Buktinya Ibu Guru selalu memujiku. Aku paling senang dipuji. Rasa senangnya seperti mendapat permen coklat setruk, nggak habis dimakan sebulan. Semua indah.
            Hidup ini adalah kisah terindah bagiku, bagimu, dan bagi seluruh manusia di muka bumi. Kita adalah makhluk sempurna yang tidak begitu saja ada. Kita tahu bahwa kita adalah makhluk terbaik yang Allah ciptakan untuk menghuni planet terkaya ini. Hingga malaikat pun sempat protes saat adam diciptakan. Malaikat beranggapan buat apa menciptakan mausia sementara sudah ada mereka yang senantiasa patuh dan mengagungkan nama Allah. Hingga akhirnya mereka terdiam saat melihat adam mampu menyebutkan nama-nama benda di bumi dan nama-nama benda di syurga. Allah mengajari adam, tidak malaikat. Manusia punya akal yang tak dipunyai makhluk lain.
            Yup akal. Akal inilah yang menyadarkanku tentang masa kecil yang tlah berlalu. Ikan di kolam itu kini pergi, airnya menghitam. Bau melati menghilang. Bapak Ibu membiarkanku lebih mandiri dan tak banyak memuji. Ah tak apa. Semua demi kebaikanku. Aku sudah sadar aku tak seimut dulu. Pita-pita itu sudah tak pantas kupakai. Butuh waktu untuk menyadari semua perubahan ini hingga akhirnya aku mengerti akal ini adalah bukti kesempurnaan ciptaan Allah. Tak ada manusia yang seperti malaikat tanpa sayap. Ada-ada saja. Selama masih berakal kita tetap jadi manusia tulen.
            Aku menjalani semuanya dengan usaha terbaik. Lagi,  akal membantuku untuk memilih ingin berada di syurga dan neraka. Orang gila pun tak akan mau masuk dalam kobaran api yang menyala dahsyat. Hih. Berbekal akal aku menuntut ilmu hingga aku mengerti bahwa kasih sayang Allah pada kita melebihi kasih sayang siapapun, termasuk Ibu Bapak kita. Tak ada seorang Ibu yang tega membakar anaknya, apalagi Allah yang Maha Pengasih pada hambaNya. Allah tak kan tega memasukkan hambaNya ke dalam neraka. Trus bagi mereka yang akhirnya masuk neraka? Ya itu karena pilihan mereka sendiri.
            Aku berusaha selalu menambah ibadahku. Jangankan sholat wajib, semua sholat sunnah sudah aku coba. Jangankan khatam alqur’an sekali sebulan, kini aku malah sudah menghafal banyak juz alquran. Jangankan ngaji mingguan, sarapan saja aku sambil dengerin pengajian. Puasa sunnah, sudah biasa sih. Banyak lah.. Usaha terakhirku adalah untuk istiqomah menjalani semua ini. Insyaallah syurga kudapat. Aku menjalani semuanya dengan suka cita. Alhamdulillah aku berada di lingkungan yang baik sih, insyaallah orang-orangnya sholeh sholeha. Hmm senangnya... Tak apa cape ngurusi dakwah kesana kemari. Tak apalah nggak beli baju baru demi tawadu’. Tak apalah nggak gaul sama dia, kan dia anak nakal, sedangkan aku anak baik, buktinya..., buktinya..., buktinya. –Ibu tidak memuji kebaikanku... Allah memujiku? Allah?? Kok pikiran masa kecilku masih ada?!- Deg!
            Astaghfirullah...!! tamparan terdahsyat bagiku. Serasa jatuh dari ketinggian Gunung Rinjani seraya ditampar di tiap 5cm nya.
Banyak orang merasa banyak sekali beribadah dan percaya bahwa ibadahnya lah yang akan membawanya ke syurga. Ia merasa tak berdosa, padahal...., di situlah letak dosanya. Orang seperti ini akan ditukar tempat dengan orang yang banyak dosa namun ia sadar akan perbuatannya dan selalu berusaha bangkit. Pelacur yang taubat dipindah ke syurga, dai yang suombong dipindah ke neraka. Di sinilah peran akal sesungguhnya, untuk membuat kita menemukan cara bangkit di saat terjatuh dalam dosa. Allah mengajarkan kita melalui akal.
Aku tersadar ..
            Kolam itu menghitam karena ulahku, melati itu tak berbunga karena aku, dosaku..