Judul : Pintu
Masjid
Karya
: Mujiku Hibiniu
Tahun : 2013
Tahun : 2013
“Ngaji dulu sana yang pinter, baru tanya kamu soal hadist. Ngaji saja
masih terbata-bata, tanya-tanya hadist segala,” kata Ki Imun mematahkan nyaliku
hingga mencapai titik nadir.
Cerpen
ini merupakan karya seorang penulis muda dengan nama pena Mujiku Hibiniu. Cerpen
berjudul “Pintu Masjid” ini merupakan salah satu contoh cerpen ringan namun
syarat hikmah. Pesan yang ingin disampaikan penulis dibungkus dengan cerita
yang fokus dan menarik, sederhana tanpa menggurui. Cerpen ini menceritakan
sebuah konflik antara seorang tokoh dan beberapa warga dalam hal pengadaan
pintu masjid. Ki Imun menginginkan dibuatkannya sebuah pintu di samping tempat
imam di saat pembangunan masjid sudah hampir selesai. Konflik batin Ishlah
-seorang pemuda yang terlibat dalam perseteruan tersebut- diceritakan dengan
natural dan bisa membawa emosi pembaca terutama kalangan muda.
Penulis
membuat alur cerita yang runtut dengan akhir yang tidak mudah ditebak. Pembaca
akan penasaran dengan nasib Ishlah dan menebak-nebak alasan kenapa perlu diadakannya pintu masjid seperti
kehendak Ki Imun.
Cerpen
ini mengandung hikmah yang bagus bagi kalangan muda maupun kalangan tua. Bagi
kalangan muda, seyogyanya selalu menghormati yang tua. Dan bagi kalangan tua,
cerpen ini menyatakan bahwa yang tua tidak selalu benar. Selain itu secara umum
cerpen ini menyadarkan kita bahwasanya realita kehidupan di masyarakat
seringkali berbeda dengan idealisme yang ada. Dan komunikasi yang baik antar
warga masyarakat amat dibutuhkan untuk meminimalisir buruk sangka.
Karakter Ki Imun yang tiba-tiba berubah di akhir
cerita, terasa agak janggal. Namun secara keseluruhan, cerpen yang cukup
panjang ini tak membosankan dan bagus untuk dibaca.