Sabtu, 31 Oktober 2015

CINTA RIA DITILANG POLISI



            Senin tiba lagi. Entah anak sekolah ataupun pekerja harus lebih berupaya memunculkan semangat pagi ini untuk memulai aktifitas. Senin identik dengan sebutan hari yang berat.  Padahal apa bedanya dengan hari lain? Jam kerja atau jam sekolah  tetap sama. Em.. atau karena Senin adalah hari pertama dalam seminggu? Layaknya pepatah yang menyatakan bahwa memulai itu susah. Tapi memeliharanya lebih susah lagi kan?
            Tak begitu dengan Ria yang selalu ceria. Pagi ini seperti biasa ia menunggu angkutan umum dari depan gang rumah. Hpnya bergetar tanda SMS masuk.

            Pagi Ria. Hari ini aku mau tau jawabannya y.

            Ria membaca SMS itu dengan wajah datar. Ia langsung teringat malam minggu kemarin tiba-tiba Dito datang ke rumah. Itu adalah pertama kalinya Ria didatangi teman laki-laki. Ayah Ria sempat protes dan membiarkan  Dito berdiri di teras. Beda dengan Ibu Ria yang berusaha memuliakan tamu dengan mempersilahkan masuk serta menyuguhkan teh hangat. Lalu Ria? Ia gemetar di kamarnya, tak menyangka Dito berani datang ke rumah. Dito berkata menerima tantangan Ria untuk datang ke rumah jika ia memang serius ingin lebih dekat dengan Ria.  Ria keluar kamar dengan canggung dan langsung duduk di hadapan Dito.
“Kamu ke sini..em ada apa?” Ria membuka perbincangan dengan sedikit gemetar.
“Seperti yang aku bilang tadi pagi, aku ingin kamuu..”
“Ssst!” Ria menempelkan jari telunjuk ke depan mulut mungilnya. Tak lupa ia melirik seraya mengernyitkan dahi. Dito langsung paham.
“Kamu ke sini sama siapa?”
“Temenku nunggu di depan sana.”
“Ya sudah.. Kasian temenmu nungguin. Besok Senin aku kasih ke kamu ya.”
“Apanya?” Dito bertanya serta mengernyitkan dahi. Lagi-lagi jari telunjuk Ria ada di depan mulutnya disertai tiga kali kedipan mata.
“Oh iya iya. Aku tunggu ya! Harus utuh ya!”
“Apanya?” Ria balik mengernyitkan dahi.
“Bukunya lah...” Dito menyusul dengan tiga kedipan mata.
Ria mengakhiri malam membawa resah, Dito pulang dengan gundah.
Malam minggu itu tak akan terlupakan oleh Ria. Ria mendapat kunjungan pertama dari teman lelakinya serta malam itu juga Ria diinterogasi habis-habisan oleh ayahnya. Padahal baru sore harinya ayah Ria menasehati agar Ria lebih fokus untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi.

.......................................

Ria gelisah di dalam kelas. Setelah 18 tahun ia lahir ke dunia, hari ini adalah hari pertama untuk ia memutuskan sesuatu tentang asmara. Pandangan Ria fokus ke buku namun pikirannya melayang kesana kemari. Ia teringat pesan orang tuanya agar bisa fokus belajar demi menggapai impiannya untuk mendapatkan beasiswa unggulan untuk kuliah nanti. Ria juga terbayang wajah Dito yang beberapa bulan ini mengawasinya saat jam istirahat. Awalnya Ria merasa kesal dan risih. Namun lama kelamaan ia justru menanyakan keberadaan Dito saat ia tak masuk sekolah. Ria bingung apa yang harus dilakukan. Jika ia menjawab tidak, ia akan kehilangan kesempatan mempunyai pacar seperti teman-temannya. Jika ia menjawab iya, ia takut ketahuan orang tuanya. Terlebih lagi bapaknya sekarang over protective semenjak kepergian kakak Ria karena kecelakaan.
Drrrttt!! Hp Ria bergetar dari dalam tas. Ia langsung membukanya.

Hri ini kamu cantik. Aku ga sbar nunggu istirahat. Kutgu di kantin jk kamu mau sm aku.

Deg! Ria semakin tidak fokus di kelas. Jantungnya berdetak semakin cepat. Ia bimbang haruskah ke kantin sekarang atau menahan diri. Kedua tangan Ria saling menggenggam dan penuh keringat dingin.
“Kamu kenapa Ria?” Lani teman sebangku Ria heran melihat tingkah Ria.
“Ak ak aku ke kebelet nih...”
“Ih! Ya dah ke toilet sana!” Lani geleng-geleng melihat tingkah Ria.
Ria spontan mengangkat tangannya dan bilang pada guru untuk ijin pergi ke toilet. Ia melangkah berat menuju toilet. Meskipun akhirnya belok ke kantin.

.......................................

“Nggak biasanya kamu belajar kelompok  malam begini?”
“Ini nggak belajar kelompok Yah.. tapi ngerjain soal UTS kelompok. Porsi nilainya besar. Aku nggak mau kalau nggak datang nanti namaku dilaporkan guru.”
“Iya. tapi kenapa harus malam? Kenapa nggak di sini aja?”
“Gini deh.. aku janji jam 8 udah pulang. Boleh ya Yah.. nanti aku bilang ke mereka lain kali kalau ada tugas kelompok biar di sini aja. Oke?”
“Ayah anter aja kalau begitu.”
“Oh nggak usah Yah.. tadi aku udah janjian sama Bang Maman buat nganterin. Bang Maman dah nunggu di depan gang ni. Ya udah aku berangkat keburu telat ya Yah..!”
Ria melangkah cepat mengabaikan ayahnya yang terlihat masih ingin melanjutkan pembicaraan. Ia menyusuri gang dengan langkah gempita dan melewati Bang Maman yang mangkal menunggu penumpang. Dito sudah menunggu di depan gang dengan sepeda motornya.
“Kamu nggak bawain aku helm?” Ria melihat Dito yang meringis dan menggelengkan kepala.
“Aku udah biasa. Tempatnya juga deket.”
“Oke...” Ria tersenyum riang. Malam minggu lagi-lagi menajdi spesial karena menjadi malam pertama ia kencan.
Sepeda motor Dito melaju normal menembus angin semilir malam. Senyum Ria tak hilang sampai ia menyadari Dito telah menempus lampu merah di pertigaan. Ria mulai terbayang sesuatu yang mengerikan. Ia teringat kejadian yang merenggut nyawa kakaknya.
“Eh Dit! Tu tadi merah kok lurus aja?!” Ria menepuk punggung Dito dengan keras.
Dito diam saja tak bergeming.
“Eh Dit...! Itu bahaya tau!”
Tiba-tiba ada motor polisi yang membuntuti mereka.
“Eh Dit! Ada polisi ngejar kita tu!” Ria kembali menepuk punggung Dito dan kali ini lebih keras.
            Motor polisi tersebut akhirnya memberikan isyarat pada Dito untuk berhenti.
            “Ria.. tenang aja. Ayahmu kan polisi. Ntar kamu bilang aja ya.. pasti kita dibebasin..”
            Ria diam seribu bahasa. Telinganya panas saat ia mendengar kalimat terakhir Dito. Mana mungkin Ria membawa ayahnya dalam masalah ini sementara Ria berbohong demi kencan bersama Dito. Apalagi tindakan Dito telah membahayakan dirinya.
            Seorang polisi gagah dengan sigap turun dari motornya dan mendatangi Dito. Ria memilih menjauh. Ia memandang Dito dari jarak 5 meter dan ia mulai mengerti bahwa kini ia terjebak dalam situasi yang salah. Ria membayangkan wajah ayahnya jika mengetahui apa yang terjadi. Ria yang dibesarkan dalam suasana kedisiplinan kini mendapati dirinya telah lalai.
            Polisi itu kemudian menghampiri Ria.
            “Selamat malam Dik? Cowok yang di sana benar cowoknya?”
            “Bukan Pak..” Ria menjawab ketus dengan tatapan lurus ke aspal jalanan.
            “Trus ini tadi mau kemana? Kenapa tidak memakai helm?” Pak Polisi bertanya dengan tegas.
            “Pak.. saya hanya penumpang bukan pelaku. Saya boleh pulang Pak? Rumah saya belum jauh dari sini. Saya bisa naik angkutan yang itu.” Ria menunjuk angkot bewarna pink yang berhenti di seberang jalan.
            “Sebentar. Sabar ya... “ Polisi melambaikan tangan memanggil Dito. Dito berjalan dengan gontai. Ia mencium ada yang tidak beres dengan Ria.
            “Iya Pak?”
        “Begini ya adik berdua. Saya jelaskan dulu kesalahan kalian dalam berkendara. Pertama adik pengendara belum mempunyai SIM, kemudian kalian berdua tidak membawa helm, dan yang paling berbahaya adalah adik pengendara tetap melaju kencang  saat lampu merah menyala. Untung saja tidak terjadi kecelakaan.”
            Dito dan Ria menunduk beku.
            “Kalian masih muda, hindarilah hal-hal yang dapat mengecewakan orang tua. Mengerti?”
            “Mengerti Pak.” Dito menjawab.
            “Baik. Saya akan buatkan surat tilangnya. Baru kalian boleh pergi ya..”
            “Pak... Ayah pacar saya ini polisi juga lo..” Dito memaksa lidahnya bergerak meskipun tahu bahwa Ria tak mendukungnya. Ia mengangkat kepala seakan menantang polisi di depannya.
            “Pacar? Mulai detik ini kita putus!” Ria berteriak memotong perkataan Dito.
            Dito melongo.
           “Emang kenapa kalau ayahku polisi. Jelas ayahku nggak akan belain cowok yang nggak tanggung jawab kaya kamu! Kalau kamu sayang aku, nggak mungkin kamu bahayain aku.” Ria mengacungkan jari telunjuknya di depan wajah Dito.
            “Aku nggak tanggung jawab?!”
          Ria mengepalkan tangannya. Kejadian ini mengingatkannya pada peristiwa 3 tahun yang lalu. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, kakak tercinta tersambar motor yang menerobos lampu merah.
“Aku baru sadar. Kamu ngajak aku bohong. Kamu ngajak aku dalam bahaya! Udah nggak pakai helm eh masih aja nerobos lampu merah. Kalau kamu sayang aku, kamu nggak akan bahayain aku. Belum lagi kamu mau manfaatin ayahku!” Muka Ria memerah.
            Dito diam tak berkata-kata. Ia tak menyangka kencan pertamanya akan sedemikian sempurna untuk mengakhiri pacaran mereka yang baru seminggu.
      “Ria... Ria.. Please jangan di sini..” Dito berusaha memegang tangan Ria namun Ria mengehampaskannya dengan kuat.
            “Ria... aku minta ma..”
        “Stop! Lebih baik kita pikirkan masa depan kita masing-masing. Semoga peristiwa hari ini jadi pelajaran buat kamu dan aku.” Ria kembali memotong perkataan Dito.
            Ria kemudian berjalan mendekati polisi yang dari tadi hanya diam menyaksikan tingkah mereka.
            “Pak.. tolong seberangkan saya. Angkutannya mau berangkat..” Ria berjalan menengah dijalan raya dibarengi polisi. Tak lupa polisi memandang Dito dan menggelengkan kepalanya. “Kelakuan anak jaman sekarang..”.           

 *Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan. #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Hoda Motor dan Nulisbuku.com

Jumat, 30 Oktober 2015

KONSUMEN BIJAK MENDUKUNG KELESTARIAN HUTAN



        Kelapa sawit adalah komoditas unggul Indonesia yang saya akrabi semenjak  kuliah di jurusan Teknologi Industri Pertanian. Industri kelapa sawit sangat populer karena menjanjikan dari segi materi. Banyak alumni yang bekerja di industri kelapa sawit menceritakan kemapanan yang diraih. Lambat laun memperlajari tentang industri kelapa sawit,  ternyata ada hal paling krusial yang membuat hati kurang sreg yaitu dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perluasan kebun kelapa sawit. Dan sekarang ini, terjadi pembakaran hutan yang dampaknya menasional dan terkenal ke seantero dunia.
Media sosial tak sepi saling mengkritik berbagai pihak. Menanyakan peran pemerintah, menghujat perusahaan minyak sawit, sampai menyebut ini adalah azab atas keserakahan penguasa di Indonesia.  Hampir semua tulisan yang muncul adalah wujud dari kegeraman atas pembakaran hutan yang sampai menelan korban jiwa. Golongan yang beraksi nyata langsung menggalang dana untuk korban bencana asap. Dan ternyata, kejadian seperti ini bukan pertama kalinya lho! Bahkan sebelumnya kita sering mendengar kasus pembantaian otang utan karena perluasan kebun kelapa sawit.
Apakah ada yang belum tahu tentang kelapa sawit? Kelapa sawit adalah penghasil minyak sawit yang menjadi bahan baku kebutuhan kita sehari-hari. Mulai dari bahan bakar, kebutuhan dapur, sampai kebutuhan kosmetik.  Contohnya saja minyak goreng, sabun, kosmetik, es krim, coklat, dan produk-produk belanja bulanan kita di swalayan. Kenaikan permintaan minyak sawit tiap tahunnya tentu membutuhkan lahan yang lebih luas terus-menerus. Dan kelapa sawit adalah tanaman yang baik tumbuh pada iklim tropis. Hal inilah yang menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar, tapi juga masuk 3 besar negara penggunanya bersama India dan China.
Tapi kan buka lahannya nggak harus brutal? Dalam dunia industri, cara paling efisien akan dipilih untuk mendapatkan keuntungan berlipat-lipat. Masih geram ya dengan pembakaran hutan terjadi? Em.. ternyata kita ikut andil lho! Kan kita konsumen berbagai produk olahan minyak sawit.
Saya juga adalah pengguna minyak goreng sawit yang rutin karena saya mempunyai usaha abon. Saya memakai merk minyak goreng yang ternyata diproduksi oleh perusahaan yang diduga masuk kelompok pelaku pembakaran hutan. Alhasil, galau melanda dengan dahsyatnya. Saya menggunakan minyak goreng terbaik berdasarkan survei sendiri. Standar terbaik saya adalah awet kejernihannya. Ya sudah, saya pikir ini adalah minyak goreng tersehat. Saya meyakinkan konsumen abon tentang hal ini.
Hingga kemudian bebarapa waktu lalu, ibu membuat minyak kelapa atau yang bisa kami sebut blondo. Menurut orang tua di daerah saya, minyak kelapa buatan sendiri ini dapat memperlancar bersalin. Ibu membuatkan untuk saya dari 1 butir kelapa dan hanya menghasilkan 1 toples kecil minyak kelapa. Kemudian saya terhenyak, kenapa saya tidak beralih ke minyak goreng kelapa saja? Saya tahu minyak goreng kelapa jauh lebih sehat daripada minyak goreng sawit. Usut punya usut ternyata minyak goreng kelapa harganya 2 kali lipat dari minyak goreng sawit. Produk ini juga tidak seeksis minyak goreng sawit alias sering menjadi minyak tidur di swalayan. Konsumen tentu merasa bangga saat berhemat dengan mendapatkan minyak yang lebih murah. Terbayang kalau sosialisasi tentang kebaikan minyak goreng kelapa dibandingkan minyak kelaoa sawit. Kemungkinan akan banyak konsumen beralih dari minyak goreng sawit. Pembakaran hutan akan dapat kita cegah. Bisakah seperti itu?
Ternyata tidak semudah itu Kawan.... Pelaku industri kelapa sawit memahami bahwa minyak sawit amatlah efisien. Murah untuk diproduksi dan hasilnya amat melimpah serta serba guna. Meskipun banyak kenakalan yang diakibatkan oleh industri minyak sawit, ternyata tidak dapat dipungkiri bahwa minyak sawit adalah primdona yang tak akan tergantikan. Alasan pertama adalah sekali lagi minyak sawit adalah produk paling efisien, dibandingkan minyak nabati lainnya. Misalkan saja kita beralih ke minyak kelapa, akan semakin banyak lahan yang dibutuhkan dan semakin mahal biaya untuk memproduksinya. Alasan kedua, industri minyak sawit adalah lahan mata pencaharian khususnya bagi mereka yang di Sumatera dan Kalimantan. Banyak yang hidup dari industri ini. Bahkan tak sedikit orang Jawa yang merantau kesana karena memang industri sawit sangat menggiurkan. Tidak sedikit orang Jawa punya kebun sawit. Dan alasan ketiga, minyak sawit memiliki keunggulan yang tidak dimiliki minyak lain. Minyak sawit dapat mempertahankan karakteristiknya bahkan dalam suhu tinggi, minyak sawit juga dapat berperan sebagai pengawet natural, serta tidak berbau meski digunakan dalam berbagai resep.
Apapun aksi kita, yang penting kita mulai dari diri sendiri, kita mulai dari yang kecil namun konsisten. Apalagi kalau kita lakukan bersama-sama. Tinggal tunggu perubahan besar yang akan terjadi. Menurut saya, ada 3 hal sederhana yang bisa kita lakukan.Pertama adalah membeli produk-produk yang mengandung sustainable palm oil. Ada pelaku industri sawit yang nakal tapi ada yang baik juga. Pada 2008, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) mengembangkan serangkaian kriteria lingkungan dan sosial yang harus dipatuhi perusahaan-perusahaan agar menghasilkan Certified Sustainable Palm Oil (CSPO). Ketika diterapkan secara benar, hal ini dapat membantu meminimalisasi dampak negatif industri sawit terhadap lingkungan dan komunitas di daerah-daerah penghasil minyak sawit. Keren nggak? Produk yang sudah bersertifikat RSPO, akan ada label RSPO di pada kemasannya. Nah sekarang kalau belanja di swalayan dicek dan ricek lagi ya! Jangan cuma lihat harganya!
Label RSPO

Kedua, mendukung kegiatan-kegiatan yang memperjuangkan isu lingkungan.  Kita bisa berpartisipasi dengan World Wild Life (WWF) dengan kampanye “beli yang baik” dan kepedulian terhadap nasib orang utan yang semakin memprihatinkan. Banyak kegiatan yang bisa kitta dukung. Kepoin aja!
Ketiga, Menulis. Semua dari kita bisa menulis. Mulai dari menulis status facebook hingga membuat artikel atau opini. Nah kita bisa menyelipkan kampanye terselubung tentang isu kepedulian lingkungan yang kita galakkan. Jangan lupa dishare, kalau cuma nulis lalu disimpan ya sama aja bohong. Minimal menulis di media sosial. Kalau kurang semangat menulis, bisa share tulisan yang relevan dengan visi kita.
Permudah, beraksilah... demi Indonesia yang lebih baik!
           

Senin, 26 Oktober 2015

SAKINAH ITU INDAH



Judul : Sayap Sayap Sakinah
Penulis : Afifah Afra, Riawani Elyta
Penerbit : Indiva
Tahun : 2014
Tebal : 239 hal
Harga : Rp 44.000,00


            Tema pernikahan memang menarik untuk ditulis dalam bentuk apapun. Buku bercover biru muda dengan desain bunga ini adalah salah satu buku bacaan yang membahas tentang sakinah. Mendengar kata “sakinah”, otak kita otomatis beralih pada kata yang mendekatinya yaitu pernikahan. Iya kan?! Buku ini mengupas tuntas tentang apa itu sakinah dari mempersiapkan hingga merawatnya.
            Sasaran pembaca buku ini adalah kita yang lajang maupun sudah menikah. Tulisan-tulisan di dalamnya santai namun bobot tidak mudah diragukan. Beda dengan buku nonfiksi yang membahas fiqih pernikahan dengan serius, buku ini berhasil membawa suasana lebih santai untuk disajikan kepada pembaca. Penulis ingin menyajikan bahasan yang lumayan berat menggunakan bahasa yang sederhana dan itu cukup berhasil. Isi buku terdiri dari 26 bab setelah prolog. Tulisan oleh Afifah Afra lebih mendominasi. Afifah Afra adalah penulis puluhan novel yang sudah kita kenal. Riawanti Elyta adalah penulis novel romance religius yang ternyata karakter tulisan keduanya mirip.
            Di bagian awal, disajikan kisah-kisah perjodohan yang apik. Dari bab ini akan membuka pikiran kita bahwa memang urusan jodoh tidak dapat diprediksi. Kita hanya bisa mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Jodoh rahasia Allah. Pada setiap materi,a kan selalu diingatkan bahwa Allah adalah alasan utama untuk segala ibadah. Hal ini juga berlaku untuk tujuan menikah. Kalau mau menikah tapi masih lewat pacaran yang just for fun, apakah Allah masih jadi tujuan? Cara menikah yang “aman” dan “terjamin” dibahas tuntas hingga langkah-langkah detailnya. Langkah cari jodoh terbaik juga ada. Jangan asal “jodohku ... maunya ku dirimu...” Hehehe
            Penulis menyajikan banyak sekali tips dan trik untuk menggapai sakinah. Tidak hanya teori, tapi disertai studi kasus. Kisah dari jaman rasulullah sampai kisah modern tersaji lugas. Bahkan kisah pribadi penulis ada di sini, buat yang mau kepo pas banget ni.
            Sakinah adalah hadiah Allah kepada sepasang manusia sebagai upaya penggenapan separuh dien, dan diberikan setelah pernikahan. Hayo! Setelah pernikahan! Ada perbedaan dahsyat antara sebelum dan setelah pernikahan, yaitu rasa nyaman dan tentram. Litaskunuu ilaiha (Dalam QS Ar rum:21), diterjemahkan sebagai rasa cenderung dan merasa tentram kepadanya. Bahasa kerennya sakinah. Tak nikah maka tak sakinah. Halah!
            Kebayang enaknya nikah? Hiks, ternyata nggak melulu enak. Ingat, kita belum di syurga. Bab pertengahan membeberkan tentang apa itu sejatinya pernikahan. Dua jenis manusia dengan karakter berbeda dikumpulkan jadi satu. Benturan pasti ada tanpa koordinasi. Tapi tenang, ada cara mengantisipasi semua itu. Sakinah adalah sebuah rasa layaknya cinta. Tujuan kita mencinta adalah sakinah. Tujuan menggapai sakinah adalah menggapai jannah. Bersama si dia coy!
            Bab pernikahan dibahas tuntas. Dari persiapan walimah yang sesuai syariat sampai ada bahasan tentang perjanjian pranikah. Perjanjian ini sudah mulai ada di kalangan artis lho! Boleh nggak sih sebenarnya? Baca sendiri aja. Meskipun bacaan santai, sumber Alqur an dan Hadits ga sepi muncul di dalam tulisan. Bahasan malam zafaf aja ada dasarnya lengkap.
            Tiada kenangan yang lebih indah dalam hidup daripada malam pengantin yang amat mendebarkan hati bersama bidadariku tercinta....” (Khalid bin Walid)
            Setelah malam zafaf  adalah bahasan tentang  bulan madu. Stop berkhayal yang indah! Haha .. Faktanya, menikah itu tidaklah mudah. Dituliskan bahwa 5 tahun setelah pernikahan adalah masa yang krusial karena maerupakan masa adaptasi antara suami dan istri. Loh suamiku kok gitu, padahal aku kan gini! Pasti akan ada problema menerpa. Lagi, lagi, Allah adalah tempat kembali. Apa adanya pasangan kita harus tetap kita syukuri. Kalau niat menikah sudah benar, itulah acuan kita memelihara sakinah.
            Oh iya, ada bab pengayakan juga lho, tidak melulu tentang pasangan. Gimana kalau masih lajang di umur kepala tiga? Jodoh nggak akan kemana. Bersyukur dan terus mempersiapkan. Wah, berarti waktu persiapannya lebih banyak ni! Juga ada bahasan tentang cara akrab dengan mertua. Ini penting sekali, setelah menikah kita punya pasangan halal dan punya keluarga baru. Jangan akrab sama pasangan saja. Mertualah yang membesarkan pasangan kita sampai bisa memukau hati kita.
            Buku ini cenderung cocok dibaca oleh kita muslimah yang galau atau nggak galau. Ada fakta mencengangkan di bagian akhir tentang perempuan sempurna. Apakah perempuan yang ibadahnya rajin? Menutup aurat? Pintar mengaji? Itu tentu! Tapi ternyata ada keterlibatan suami yang menjadikan wanita itu sempurna. Hmm, kudu segera menikah ni! Segera bukan tergesa ya. Nyatanya akan ada istilah cinta yang hampa. Waduw! Apaan tu?!
            Pernikahan yang sukses sering membutuhkan proses jatuh cinta hingga kesekian kalipada orang yang sama.” (Mignon Mc.Lauglilin)
            Pada bagian akhir, disajikan puisi-puisi cinta karya Afifah Afra.
Bab-bab di dalam buku ini memang sengaja disajikan tanpa sistematika yang runtut. Kita tak dapat memprediksi bab sebelum dan sesudahnya. Namun, judul buku “Sayap Sayap Sakinah” sangat pas dengan keseluruhan isi buku yang memaparkan seluk beluk sakinah dengan cukup lengkap. Buku ini cocok untuk kado bagi muslimah lajang untuk memahami apa arti sakinah yang sering mereka idamkan. Untuk pembaca yang sudah menikah, bab di awal mungkin saja tidak begitu menarik tetapi bab di akhir merupakan ilmu baru yang berharga.
            Pernikahan itu ibadah untuk mencapai sakinah yang indah. Meski perjalanannya tak akan mudah. Udah nikah belum?