Selasa, 29 Desember 2020

HAMIL SUNDULAN PENUH PEMBELAJARAN


    “Di setiap peristiwa pasti ada hikmah. Mungkin kamu bisa kembali bersemangat dengan cepat setelah terjatuh. Tapi jangan lupa untuk mengambil hikmah dari kejadian ini. Kalau kamu lupa memaknainya, ya akan berlalu begitu saja..”, Bu Erma menasehatiku setelah aku gagal ujian skripsi. Bukan hanya gagal di ujian tapi harus ganti judul penelitian. Rasanya hancur saat itu. Aku menangis seakan nggak percaya aku bisa mengalami kegagalan setelah semua sudah kupersiapkan dengan baik. Aku tetap tegar dan  langsung mengerjakan apa instruksi para dosen penguji. Yup, aku tergolong cepat move on. Itulah kenapa Bu Erma menasehatiku agar aku tidak lupa mengevaluasi diri kenapa ini bisa terjadi.
Wejangan Bu Erma selalu teringat di saat aku mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Di saat aku ingin segera bergerak lagi, aku menahan diri untuk berpikir sejenak. Oh jadi ini yang kurang tepat dan harus diperbaiki.. Otakku lega di saat aku sudah mencapai kalimat itu.
Dua tahun kemudian aku mendapatkan kegagalan lagi dalam hidupku. Kenapa gagal? Ya karena jauh dari ekspektasiku. Menurutku hasilnya tidak layak untuk sebuah perjuanganku. Aku melahirkan secara sesar di saat aku sudah mengusahakan ingin bersalin normal sedari awal. Kan sama aja kamu tetap jadi seorang ibu bagaimanapun proses persalinanmu.. Ah dulu aku belum teredukasi soal itu. Aku ingat betul saat tetangga menjenguk dan berkata sembari tertawa “lahiran jaman sekarang enak ya nggak usah ngeden sudah keluar....”. Aku langsung pergi ke dapur saat itu dan menangis sejadi-jadinya. Sampai suatu hari suami bilang hampir stress melihatku setiap hari menangis pasca melahirkan saat itu. 
    Dari awal kehamilan sampai mau melahirkan aku benar-benar menjaga diri. Dari segi kebiasaan, asupan yang bergizi, senam hamil, dan baca banyak buku tentang kehamilan. Saat dokter memvonis aku harus operasi sesar di proses pembukaan ke 4, aku sudah tidak berdaya untuk berargumen seperti sebelumnya. Aku hanya menatap kosong. Bahkan sampai anakku lahir aku merasa ada sesuatu yang masi mengganjal. Kebahagiaanku serasa tak sempurna. 
    Aku menuangkan semua ketidakrelaanku di dalam buku harian. Aku cepat move on, tapi aku harus menahan diri dan menggali hikmah tentang kejadian ini. Aku menulis bahwa Allah memberiku banyak hikmah yang salah satunya adalah kesempatan untuk VBAC (Vaginal Birth after Caesarian) di persalinan ke dua. Aku langsung menulis tekadku untuk VBAC saat itu juga.
Anak pertama adalah guru pertama untuk sang ibu belajar. Aku fokus di ASI ekslusif untuk Pandu, anak pertamaku.  Aku ingin mengASIhi sampai 2 tahun. Tapi, tak disangka aku hamil lagi saat usia Pandu 7 bulan. Apa nggak KB? Sebenarnya pakai KB tapi sudah di luar kuasa kita..  Aku terkejut bukan main. Ekspresi suami saat tahu kabar ini juga tak sama dengan ekspresi saat tahu kabar kehamilan pertama. Orang bilang ini hamil sundulan. Jaraknya terlalu dekat. Di daerahku katanya ini agak memalukan. Aku heran kenapa harus malu wong jelas siapa ayahnya. Wkwkw ☺
Perayaan 7 bulan Pandu sudah hamil adiknya

Di luar pikiran orang lain, aku justru bahagia dengan kehamilan ini. Aku merasa tertantang untuk memperbaiki yang terjadi sebelumnya. Tantangan terberat adalah menyampaikan hal ini pada ibu. Rasanya campur aduk. Karena beliau tahu bahwa jarak kehamilanku harusnya dijaga. Aku menyampaikan kabar ini dengan sangat hati-hati dan menampakkan diri bahwa aku baik-baik saja. Tantangan kedua adalah mata dan mulut tetangga. Yup aku tinggal di daerah pedesaan yang mulut tetangga kalau di instagram ibarat mulut netizen. Ada perkataan dari mulut A yang sampai padaku melalui mulut B, “Eh itu lhooo ..masak pendidikan lulus sarjana kok bisa kesundulan..” Apa hubungannya hayoo?.. Banyak tetangga yang hanya berani melihat diam tanpa menegur padaku saat perut mulai menggelembung. Entah apa yang di benak mereka, Alhamdulillah aku sudah teredukasi saat itu. Yang penting aku nyaman. Aku harus bahagia menjalani kehamilan ini seperti kehamilan pertama. Hal unik adalah saat ada bidan desa yang bilang ke tetangga agar menyampaikan ke ibuku untuk membujukku periksa ke dokter. Beliau adalah bidan yang memvonisku sesar pertama kali. Kenapa aku nggak ke dokter? Karena nggak mau sesar lagi. Itu saja. *ini pikiranku dulu ya..
    Aku bersyukur saat itu aku mengedepankan positive thinking. Aku tak peduli apa yang orang bilang. Aku masih menyusui Pandu meski ASI mulai berkurang. Aku mengatur fokusku untuk menikmati masa berdua dengan Pandu dan memperispkan VBAC. 
Meskipun tidak ke dokter tapi aku tetap periksa ke bidan. Aku tetap melakukan USG, meminum vitamin, senam hamil, dan konsumsi asupan gizi dengan rutin. Aku mengikuti kelas VBAC dari yang gratis hingga yang berbayar. Kenapa tetap tidak ke dokter? Karena aku tahu di daerahku belum ada dokter yang mendukung keputusanku untuk VBAC jarak dekat seperti yang kuinginkan. 
    Pemeriksaan awal sekitar umur kandungan 2 bulan, aku memutuskan untuk periksa ke Jogja. Ada klinik yang kutuju di sana. Sedari awal aku sudah mematangkan rencana persalinanku akan di Jogja yang jaraknya 4 jam dari rumah. 
Oke, hari-hari aku lalui dengan suka hati. Aku yakin aku kuat menjalani semua ini. Allah memberikan amanat pasti sepaket dengan kemampuan si penerima. Aku beraktifitas lebih rajin dari biasa. Bahkan saat itu aku proses membangun rumah. Ingin sekali saat bayi lahir aku sudah bisa di rumah sendiri. Usahaku juga pas rame. Aku wara-wiri seperti biasa. Yah intinya aku tidak ingin terlihat lemah dan membuat keluargaku tidak yakin akan keputusanku VBAC. Pernah kejadian aku terjatuh dari sepeda motor saat hamil besar. Aku bangun sendiri dan tak cerita pada keluarga bahkan sampai sekarang. Aku rutin menulis motivasi diri untuk VBAC dan memperkaya diri dengan pengetahuan tentang kehamilan. 
Dulu saat kehamilan pertama, aku sangat berhati-hati dengan semua hal. Tapi beda di kehamialn ke dua ini, aku lebih longgar terhadap apapun. Tidak apa makan pedas, tidak apa nyetir jauh, tidak apa olahraga, tidak apa nggendong Pandu di atas perut gede. Semua kujalani dengan semangat sembari melakukan sounding pada Pandu bahwa ia akan punya adik yang lucu sebentar lagi. Keluarga mulai berkomentar bahwa Pandu terlihat lebih kurus. Dibilangnya kurang ASI. Dibilang juga bahwa ASI ibu hamil tidak baik diberikan pada anak. Aku diam saja. Semua yang kujalani sudah berdasarkan pencarian fakta dan bukan mitos. Bukan hanya buku, aku belajar dari yang sudah sukses melakukan VBAC dan juga dari tenaga kesehatan yang berpengalaman menangani VBAC. 
Meskipun menggebu, tiada rasa khawatir  apakah VBAC  akan berhasil atau gagal. Aku berdamai dengan segala kemungkinan. Proses yang kujalani adalah hal baik dan pasti akan berdampak baik. Sisanya adalah skenario Allah yang indah. Hati ini tenang dan pasrah. Hingga di awal trismester ketiga, aku mulai goyah terhadap rencana persalinan di Jogja. HPLku adalah saat libur lebaran. Banyak hal yang memungkinkan aku batal ke Jogja. Aku keliling mencari bidan yang mau membantu di daerahku. Penolakan sudah biasa. Hingga aku menemukan bidan yang sangat mendukung dan ternyata jarak kliniknya cukup dekat dengan rumah. Aku fix akan bersalin di sana. Oke.. aku bersyukur sekali.
Aku memperbaiki ibadah dan hubungan dengan suami. Aku merasa saat itu adalah aku versi terbaikku. Aku serasa memantaskan diri untuk mencapai apa yang kuinginkan. Aku tahu Ibu meragukanku. Sebagai anak bungsu yang manja, keputusanku untuk VBAC ini tergolong berani. Suami yang terkadang terlihat ragu memilih diam saja daripada berkata salah padaku. Aku merasakan tak ada yang lebih yakin daripada diriku sendiri. Aku sehat dan bugar. Aku bahagia juga. 
Kertas birth planku sudah jadi. Aku tahu apa yang harus aku lakukan saat kontraksi datang. Aku merasa sangat siap. Kesiapan ini tentu karena aku memberdayakan diri sedari awal. Tidak hanya modal nekat. Aku tak peduli saat ada perkataan “kok bayinya masih di atas banget, seharusnya kan sudah turun..”. Haha dalam hati aku berkata biarin aja emang belom waktunya turun... Belum tahu aja dia bahwa aku bisa palpasi sendiri. Aku tahu bagaimana posisi bayiku setiap harinya. Aku tak berniat masa bodoh terhadap perkataan dari luar. Aku hanya merasa aku sangat yakin akan tekadku dan hatiku. Aku merasa aman dan nyaman terhadap proses ini. 
Pagi hari di saat aku mulai kontraksi, aku bersikap wajar dan suami tetap berangkat kerja. Aku bertahan selama mungkin di rumah agar bisa menikmati semuanya tanpa intervensi di luar. Dan siang itu, semua benar-benar di luar rencana. Anak keduaku lahir di tempat tidurku sendiri. Persalinan dibantu oleh bidan desa yang sebelumnya selalu menyarankan aku ke dokter. Bidan tersebut yang menolong persalinanku karena  pembukaan sudah lengkap saat beliau datang ke rumah. Lega sekali. Salah satu pencapaian dalam hidupku. Allah merestui keinginanku.
Perayaan 7 bulan Alim (bagi gendong)


Kehamilan dan persalinan ke dua ini penuh dengan pembelajaran berarti. Kini aku mengasuh mereka sepenuh hati. Dua balita laki-laki dengan jarak kelahiran 16 bulan. Sekarang tantangannya beda lagi. “Loh kok adiknya lebih besar dariapda kakaknya?”, “Kembar ya” dan  “ Ow sundulan”. Senyumin aja apa kata netizen mah. Artis aja kuat masa aku nggak kuat. Hihi
Aku terus belajar menjadi seorang ibu. Aku semakin sadar bahwa seorang Ibu harus terus belajar dan aku yakin dengan ilmu seorang Ibu akan tahu bagaimana cara bahagia. Kini aku membersamai tumbuh kembang anak dari rumah seraya menjalankan bisnis. Salah satu akun yang manfaat banget untuk ibu muda seperti aku adalah @TheAsianParent_Id . Jujur aku banyak terbantu dari akun gudang ilmu para orang tua ini. Terlebih lagi aku juga mendapat banyak inspirasi untuk konten promosi usahaku yang target marketnya adalah ibu muda. Versi web bisa di cek di https://id.theasianparent.com/. Terima kasih sudah membaca sedikit curahan hati ini. Kalau mau versi panjang kali lebarnya bisa banget kopi darat hehhee… So, apakah melahirkan secara normal lebih enak daripada sesar? Bukan di situ ya esensi nya. Keduanya sama membahagiakan. Seperti kata Ringgo dalam di sini , “melahirkan dengan metode apapun, perjuangan Ibu tetaplah spesial.”


______

Sabtu, 20 Juni 2020

MOTIVASI BEASISWA S3 DI LUAR NEGERI

Bismillah.. 
Setelah 3 tahun libur ngeblog alhamdulillah dapet bahan tulisan lagi. Jujur saja, meskipun aku biasa saja wkwkk alhamdulillah punya teman banyak sekali yang luar biasa. Buanyak.. efek dulu nggak salah gaul lah . Semoga begitu.. Banyak kisah mereka yang aku kagumi..salah satunya kisah ini.

Rata-rata umur dari kami tu dah mau menginjak kepala 3 kan... nah jujur ni bikin aku pribadi deg-deg an.. udah mau umur 30 dah ngapain aja selama hidup? udah nebar manfaat belom? minimal buat diri sendiri.. atau malah nyusahin orang lain atu malah nyusahin diri sendiri. Dan kisah ini juga yang mengingatkanku untuk tetap mengukir prestasi. 

Duh jadi bertele-tele..

Oke langsung saja.. tulisan ini saya persembahkan untuk kamu semua khususnya untuk si Hansip yang ada PR ceklist mimpi S3 ke luar negeri. Semoga segera tercentang..!!

Nah ni narasumbernya salah satu temenku satu fakultas. hanya 1 persamaan kami, wong jawa timur.  Awal kenal dulu dah kliatan bibit unggulnya.. pas ospek berani speak up, S1 penelitian di Swedia, S2 di Jepang, dan S3 sekarang di Belgia. Setauku,, semua beasiswa yess... tapi beda beda beasiswanya.. S1 dari Depag, S2 LPDP, dan S3 kita tanya nanti..


Ayun minum, aku nunduk (sengaja foto ga jelas wkwk)


Dan sekarang bliau ini juga menyandang gelar ibu dari seorang putra cakep bin gemes bernama Rafka.. 


Wawancara tertulis ini singkat banget ya.. terimakasih Ayun sudah menyempatkan menjawab di sela sela kesibukannya yang ruarrr biasa. 


Oke yuks
Q n A ni ya ..

Ayun, sebelumnya, minta maaf banget ya ganggu aktifitas belajarmu. Apa mau dikata, seorang ibu rumah tangga di sini cukup mengagumimu dan aku yakin dengan menulis ini bisa jadi inspirasi bagi yang lain. Semoga tak ada pertanyaan yang salah. Jawab spontanitas aja. Oke!

#######

Apa kabar Ayun.. Assalamualaikum.. Untuk awalan, boleh ya yun perkenalan nama, asal, domisili dan aktifitas sekarang?

Waalaikumussalam, perkenalkan saya Qurrotul A’yun, biasa disapa a’yun ato ayun, asal Jombang jatim, domisili sekarang Ghent, Belgia, sekarang lagi tugas belajar nempuh S3 di Ghent University.

Ayun ni kan santri ya.. maksudnya lulusan pondok. Kalau inget jaman kuliah, kalo dah denger Ayun ngaji Alquran gitu kliatan banget anak pondok. Dan bangga sekali ada santri dengan prosesnya Ayun sampai sekarang. Boleh diceritakan dulu di pesantren mana?

Dulu sekolahnya di yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. Tapi aku nya mah ga mondok, tiap hari pualng-pergi ke rumah :D

Oalah wkwkwk...Apa nilai dari pondok pesantren yang Ayun pegang sampai sekarang yang sangat berkesan bagi Ayun?

Semangat buat menimba ilmu, menghormati guru, tawadhu, selalu minta pertolongan Allah dan berkhusnudzon padaNya.

Ayun kan sekarang sedang S3 ni, beasiswa juga kah? Bidang studynya apa ni yun? Bisa dijelaskan secara umum saja..

Iya, pake beasiswa dari kampus UGent namanya BOS-DOS, S3 sandwich UGent dan UGM. Bidangnya mengenai teknologi antarpermukaan (interfacial engineering), jadi aku mengoptimasi pembuatan emulsifier dari whey protein.

Bagaimana kiat-kiat lulus S2 tepat waktu dengan topik penelitian yang cukup baru dan masih sedikit jurnal yang bereputasi? *pertanyaan khusus ni dari mahasiswa S2 yang garap thesis ga selese2 wkwk

Aku ga tepat waktu juga si jadi ga bisa kasih saran, wkwk. Terkait topik penelitian yang masih relatif baru dan sedikit referensi, mungkin bisa dengan mencari alternatif pendekatan dari penelitian yang menggunakan metode yang mirip meskipun berbeda sampel/komoditi. Atau kembali ke teori dasarnya. Semangat yaa!


Apa saja yang perlu dilakukan secara fokus (selain kuliah s2 dan mondok) untuk menunjang peningkatan probabilitas diterima beasiswa S3?

Bisa dengan mengasah kemampuan berbahasa asing (sesuai persyaratan negara yang dituju), baik dengan memperbanyak membaca jurnal, bacaan, dll. Isi waktu luang (misal saat lagi jenuh belajar) dengan mencari peluang beasiswa dan bikin timeline pendaftaran-deadline masing-masing beasiswa. Biasanya timeline tersebut ga beda jauh tiap tahunnya. Jadi nantinya kita ga keteteran sama deadline pas udah lulus S2 mau daftar S3 ntar.
Tapi yang paling utama ya selesaikan S2 nya sesegera dan sebaik mungkin, serta mondok yang betul :D.


Seberat apakah seseorang dengan speaking pas2an namun toefl/ielts nya sudah sesuai kriteria beasiswa untuk kuliah S3 di luar negeri?

Tenang aja, speaking mah bisa karena biasa. Yang penting berangkat dulu :D

  
Bagaimana kiat menulis jurnal bagi orang yang (bisa dikatakan) jarang menulis dan masih memiliki bekal yang minim?

Kerjain aja terus, biar sedikit-sedikit juga yang penting jangan kasih kendor. Soal bagus engga tulisan, bisa diperbaiki lagi setelah manuskripnya jadi. Buat memperbanyak kosakata, perbanyak baca paper yang related dengan topik penelitian, ntar kita tanpa sadar jadi lebih ngalir nulisnya.
Dan setelah papernya jadi, jangan takut buat submit. Soal ntar di reject ya ga masalah, submit ke journal lain. Teruus aja sampe diterima :D


Banyak yang merasa tidak percaya diri untuk lanjut kuliah S3 di luar negeri meskipun percaya dengan keuletan bisa mencapai score ielts yang disyaratkan. Sebaiknya tetap memilih kampus tujuan dalam negeri atau luar negeri? *titipan pertanyaan orang ragu-ragu wkwk

Kalo soal ilmu, insyaallah baik di dalam maupun di luar negeri sama saja. Hanya, pengalaman hidup dan kesempatan belajar sistem pendidikan di luar negeri ya hanya bisa dirasain kalo ke luar negeri. Jadi kembali ke prioritas tiap individu juga, ditimbang plus minus nya banyakan mana.


Hal kecil apa yang tidak boleh disepelekan untuk mencapai tujuan yang kita inginkan?

Harus hal kecil ya :D kalo aku, bangun dan mandi pagi. Karena kalo ga ngelakuin itu, jadi kurang semangat belajar ato aktivitas, jadinya tujuan lama kecapainya, haha


Lebih baik segera mendaftar beasiswa S3 tanpa menggunakan LOA atau menunda mendaftar tapi sudah ada LOA?

Mana aja yang ada kesempatan duluan. Tergantung penyedia beasiswanya juga ya. Kalo beasiswa kampus kayak aku, syarat pertamanya harus dapet professor dulu, lalu berkasnya disubmit ke kampus. Kalo beasiswanya lulus, ntar otomatis dapet LoA.
  

Bagaimana cara meyakinkan interviewer bahwa kita bisa lulus tepat waktu meskipun memiliki peran ganda sebagai mahasiswa skaligus ibu rumah tangga?

Ga bisa kasih saran karena aku sendiri ga berani menjamin itu. Tapi itu bisa banget dilakuin dan dah banyak contohnya. Ya disampaikan saja strategi apa yang akan dilakuin untuk menjamin bisa bagi waktu dan konsentrasi dengan baik, antara kehidupan studi dan rumah tangga.
  
Apa kontribusi yang Ayun lakukan untuk pesantren pdahal bisa dibilang waktu habis utk S2 & S3 bahkan sudah berumah tangga?

Saat ini ga ada kontribusi apa-apa sih :D


Sebenarnya banyak potensi besar santri untuk mendaftar beasiswa, namun kebanyakan dari mereka selalu minder. Apa yg bisa dilakukan untuk mendorong semangat mereka?

Semangat doong, masak santri minder. Kan santri tu insyaallah deket sama Allah, rajin ibadahnya, kuat keyakinannya sama Allah. Yang kasih beasiswa itu bukan interviewer, tapi Allah, jadi minta aja ke Allah. Allah yang kuasa.
Minta sama Allah buat dikasi semangat belajar, dituntun jalannya buat daftar beasiswa, dihilangin rasa mindernya. Diiringi dengan semangat dan usaha yang sungguh-sungguh juga.

Apasih yang menjadi penyemangat Ayun, sehingga bisa melalui perjalanan berat hingga sampai di titik saat ini?

Penyemangatku karena ingin bermanfaat bagi orang banyak. Dan aku menemukan bahwa minat dan kemampuanku ya di bidang akademik, mungkin insyaallah ini yang jadi jalanku, fitrahku, buat bisa kasih manfaat. Dan sebelum apply beasiswa atau sekolah, istikharah, minta dipilihkan yang terbaik. Jadi ketika down dan terlintas kenapa aku menempuh jalan ini, aku kembali bahwa aku dah minta dipilihkan Allah dan Allah memilihkan aku lulus beasiswa dan sekolah, jadi insyaallah ini yang terbaik, pasti Allah kasih jalan buat bis ngelaluin ujian yang lagi dirasain saat itu.

Apa cita-cita besar Ayun dalam hidup ini? Apa motto hidup Ayun?

Pengen punya yayasan dan kasih pendidikan bagus yang gratis bagi semua anak yang tidak mampu, bukan hanya yang pandai tapi semuanya. Motto hidup, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi semesta.

Terakhir,, Pesan khusus untuk para santri Indonesia dunkkk…..

Ayok santrii semangat terus belajar dan berkarya di bidang apa saja yang diminati. Semangat pelajari bahasa (asing maupun daerah), biar bisa berdakwah (dalam arti luas) lebih luas lagi. Kerasa banget kalo lagi di luar negeri begini, kontribusi santri yang paham agama juga dihiasi dengan sains, sangat dibutuhkan.

Terimakasih Ayun... 
Semoga hasil wawancara ini manfaat, semoga semakin lancar dan barokah proses belajar di sana. Kamu, rafka, suami.. sehat semua. Aamiin

Aamiin makasih banyak ya intin udah dikasi kesempatan buat berbagi sedikit soal pengalamanku. Mohon maaf kalo ada salah kata, yang jelas ga ada maksud gimana-gimana. Semoga yg sedikit ini ada manfaatnya yaa.. aamiin

Sehat selalu yaa intin sekeluarga, semoga Allah merahmati selalu, aamiin.

###########


Super sekali... Gimana? jadi semangat? puas nggak? 
Kalo aku simpulkan... jadi inget motto santri ni novel negeri 5 menara, MAN JADDA WA JADDA.!!

Oke... ayuk atur strategi.. dan, ACTION!!


Selasa, 27 Juni 2017

VBAC STORY



.............
Perutku terasa agak kencang-kencang. Jujur aku mulai galau. Tapi keyakinanku untuk VBAC masih sangatlah kuat. Dan khusnudzonku pada Alloh selalu tinggi. Aku ingat dulu setelah menjalani SC dan dilanda sedih, keyakinanku muncul bahwa ah Alloh ingin aku merasakan VBAC...

Tapi kembali lagi, kesehatan bayiku adalah yang utama. Bagaimanapun prosesnya nanti aku akan berupaya semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Aku akan memohon sungguh-sungguh pada Alloh untuk diberikan yang terbaik.

Banyak hajatku yang dimudahkan oleh Alloh. Asal tujuan hajatku baik, aku yakin Alloh meridhoi. Untuk VBAC ini, jelas aku ingin merasakan jihad seorang ibu yaitu melahirkan. VBAC bukan untuk dipamerkan. Masih banyak proses selanjutnya setelah melahirkan yang harus aku ikhtiarkan dengan baik.
...........


Di atas adalah penggalan tulisan di diaryku tertanggal 19 Juni 2017 (H-1 persalinan). Aku belajar sabar, berkhusnudzon pada Alloh, dan selalu bersyukur atas rencana Alloh. Alhamdulillah ikhtiar dan doa untuk VBAC diijabah Alloh dengan proses  yang mudah.

Setelah tahu hamil anak kedua, browsing VBAC story adalah kegiatan rutin hingga menjelang persalinan. Banyak sekali VBAC story yang berhasil menyemangati diri. Semoga VBAC storyku ini juga bermanfaat yang sama untuk pembaca lainnya. 

Pagi bakda subuh mulai muncul gelombang cinta yang ditunggu-tunggu. Aku langsung sumringah. Aku memajang skema birthplan yang sudah kubuat. Skema ini membantu mengingatkan tentang apa-apa yang sebaiknya kulakukan saat kontraksi datang. Untuk menghadapi nikmatnya kontraksi, aku harus rilkes dan menguasai nafas. Itu adalah kuncinya. 

Aku memutuskan tidak segera memberi tahu anggota keluarga yang lain terlalu dini. Aku mandi air hangat untuk langkah awal agar tetap rileks. Setelah mandi aku berusaha tetap aktif seperti mencuci dan jalan kaki meskipun hanya di dalam rumah. Sesuai niatan semula, aku ingin bertahan selama mungkin di rumah atau tidak langsung berangkat ke bidan untuk menghindari intervensi medis yang belum perlu. Alasan paling jujur sih aku takut kalau langsung dirujuk dan divonis sesar lagi. hehe Jadi pengennya ke bidan kalau sudah nggak tahan dan tinggal mbrojol di sana. Suami berangkat kerja seperti  biasa. Aku meyakinkannya untuk tidak khawatir. 

Oke, saatnya mempraktekkan segala ilmu persalinan yang aku pelajari. Aku tetap aktif jalan kaki meski pelan agar posisi bayi cepat turun. Aku juga berusaha tersenyum saat kontraksi datang. Ya memang tidak mudah. Apalagi semakin lama kontraksi semakin aduhai rasanya. Oh ya tak lupa aku  nyemil kurma. Aku siapkan 7 butir kurma dan aku camil pelan-pelan di sela kontraksi. Aku juga berusaha minum air putih yang banyak. Aku ingin kondisi fisikku tetap prima. Jangan sampai lelah di awal. 

Aku menyalakan aplikasi contraction timer. Dan ternyata kontraksiku sudah per 5menit. Jam 8 pagi aku mencoba untuk tidur dengan posisi miring ke kiri serta memeluk guling yang tinggi agar jalan lahir lebih terbuka. Aku ingin tidur untuk hemat energi. Aku tidur di sela-sela kontraksi. Jam 9 aku putuskan bangun dan mencoba aktif gerak lagi. Posisi badan lebih baik vertikal agar bayi cepat turun. Gelombang cinta semakin nikmat. Dibutuhkan usaha lebih untuk tetap rileks dan menjaga nafas. Aku juga mulai bolak-balik kamar mandi untuk buang air kecil. Keringat mulai muncul. Aku mencoba goyang di gymball, merangkak, memeluk tumpukan bantal, jongkok, dan berbagai posisi. Hingga jam 11 muncul rasa ingin mengejan. Saat ke kamar mandi, susah sekali menahan rasa ini. Aku telfon suami minta segera pulang dan minta dibawakan eskrim, you c 1000, serta pocari. Aku berfikir aku butuh asupan lebih tapi yang mudah dimakan alias tinggal lep.

Sambil menunggu suami pulang aku kembali ke posisi tidur miring. Susah sekali menahan rasa ingin mengejan. Nafasku mulai berantakan. Aku mulai susah untuk menahan suara. Sesekali muncul rintihan. Menjelang dzuhur satu persatu anggota keluarga mulai datang. Ada ibu, kakak, dan suami akhirnya datang menemani. Puncak perjuangan persalinan dimulai. Semua berjalan begitu cepat hingga akhirnya bidan datang dan bayi VBACku lahir tepat jam 12.30 di kamarku sendiri. Alhamdulillah...

Tak ada niatan melahirkan di rumah. Bahkan bidan yang menolong persalinanku ini (Bu Chusnul) adalah bidan yang selalu mengingatkanku untuk melahirkan di RS. Bahkan aku belum pernah periksa ke Bu Chusnul. Tapi bagaimanalagi, bayi ini sudah ditakdirkan lahir kapan, bagaimana, ditolong siapa. Alhamdulillah, semua melebihi ekspektasi yang kuharapkan.

Rasanya plong sekali. Suami memberikan selamat. Aku sendiri tak hentinya memuji Yang Maha Kuasa. Ternyata memang nikmat sekali dapat mengalami persalinan alami setelah sebelumnya melahirkan dengan operasi sesar. Kini aku sudah merasakan keduanya. Keduanya jelas amat berbeda. Hal terpenting adalah selalu ada hikmah di setiap proses persalinan. 
 
baby sama ponakan
“Kok mudah sekali bisa lairan di rumah, VBAC lagi.. “

Komentar seperti itu muncul disertai wawancara bagaimana bisa sukses VBAC. Nah aku mau berbagi pengalaman aja. Soal kunci sukses VBAC, kuncinya ya Alloh ngasih ijin apa engga. Dan Alloh tak akan menyia-nyiakan ikhtiar dan doa hambanya. Menurutku seperti itu. 

Aku menjalani operasi sesar pada Februari 2016. Detak jantung janin melemah dan dokter langsung memutuskan operasi. Entah apa penyebabnya, bisa jadi karena aku stres setelah sebelumnya divonis SC karena baby besar, ada lilitan dan belum masuk panggul. 
Saat tahu hamil lagi, tekad untuk VBAC amatlah kuat. Aku yang berdomisili di Madiun menjalani pemeriksaan pertama di Jogja demi bertemu nakes yang proVBAC. Dari awal aku berniat bersalin di Jogja karena di Madiun belum ada nakes yang proVBAC apalagi dengan kasusku (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun). Aku memperbanyak bacaan tentang proses persalinan. Aku juga banyak membaca VBAC story untuk menyemangati diri. Banyak hal yang kulakukan. Dan yang paling berperan terutama untuk menjaga semangat VBAC adalah gabung dengan komunitas VBAC support via WA. Segala gundah gulana dapat dishare disitu dan kami saling menyemangati.

Dari segi nutrisi aku mengkonsumsi madu, kurma, dan minyak zaitun. Untuk luka SC, aku konsumsi jelly gamat dan sesekali melakukan Scare massage.  Tentang luka bekas operasi SC sebenarnya tidak aku khawatir akan karena selama ini tidak ada keluhan yang berarti. Aku yakin luka ini bukan halangan. 

Masuk semester ketiga, aku mulai fokus pada persiapan persalainan. Ikhtiar yang belom maksimal kuupayakan lebih maksimal lagi. Oh ya selama kehamilan ini aku USG di bidan, tidak ke dokter. Hanya ada 1 bidan di Madiun yang support keinginanku untuk VBAC. Aku menemukannya di trimester ketiga. Di sanalah aku rutin menjalani pemeriksaan.  Nama bidannya Bu Titik.

Nutrisi terus berjalan. Masuk 8 bulan aku mulai latihan gerak berupa senam dan lainnya. Semuanya ada di google. Tinggal ketik apa yang aku khawatirkan atau tentang apa yang ingin aku pelajari. 

Tiba saatnya hingga usia kandungan 38 week. Berbagai  cara induksi alami kulakukan. Menjelang HPL, gelombang cinta tak kunjung datang. Saudara dan sahabat mulai menanyakan kabar. Aku tetap tersenyum dan yakin bahwa gelombang cinta akan datang tepat pada waktunya. Di saat perut mulai terasa berat, aku mengurangi latihan fisik. Aku lebih memperbanyak doa, bersikap lebih baik lagi pada suami, dan aku juga rutin melakukan ruqyah mandiri sesuai saran teman. Interaksi dengan alquran aku kuatkan. Apalagi di momen ramadhan suasananya sangat mendukung. 

Banyak yang meragukan apakah aku akan berhasil VBAC dengan kondisiku sekarang. Jarak operasi dan kehamilan kedua hanya 7 bulan, bayiku diperkirakan besar hingga menjelang persalinan belum masuk panggul, tinggi badanku kurang dari 150 cm (tergolong imut). 

Sebenarnya bayi belum masuk panggul adalah hal utama yang membuatku resah di masa akhir kehamilan. Aku sudah squat, jalan kaki, naik turun tangga, main gymbal, rutin kulakukan setiap hari. Nyatanya bayi tetap belum masuk panggul. Tak jarang orang berkomentar “kok bayinya belum turun” saat melihat perutku masih buncit di atas. Aku banyak baca lagi bahwa ternyata ada teknik bayi yang menyesuaikan jalan lahirnya. Tulang kepala bayi bisa bertumpuk menyesuaikan jalan lahir atau panggul saat persalinan. Namanya moulase. Hal ini membuatku kembali yakin aku bisa. 

Dan ternyata bisa! Anak kedua ini lahir dengan berat badan 3,5 kg padahal kakaknya yang sesar 3,3 kg. Anak pertama lahir di 41 w dan anak kedua lahir jalan 42 w. Aku sudah berusaha diet seperti mengurangi gula dan makan beras merah. Tapi bayinya masih tergolong gendut. Kini aku percaya bahwa untuk sukses VBAC belum tentu berat badan anak kedua harus lebih kecil dari anak pertama. 

Dan aku juga percaya bahwa kebanyakan kasus VBAC itu mundur dari HPL. Dan inilah masa terberat. Menunggu kontraksi datang dan semakin banyak yang menanyakan kabar. Mental ibu diuji apakah bisa goyah atau bertahan. 

Apakah setelah sesar sebaiknya diusahakan vbac?

Oh tentu! Melahirkan adalah fitrah seorang wanita. Vbac sebaiknya diupayakan karena melahirkan secara pervaginam adalah proses alami yang amazing. Coba deh! Sesar tidak buruk jika dilakukan dengan indikasi yang tepat. 

Kalau ditanya lagi kunci sukses VBAC?

Menurut saya kuncinya adalah yakin. Yakin bahwa kita bisa. Kalau ada keraguan, cari penyebab keraguan itu dan tuntaskan. Dan Alloh nggak akan menyia-nyiakan usaha dan doa hambaNya. Setiap ibu yang melahirkan secara sesar punya penyebab masing-masing dan tentu kasusnya beda-beda. Jadi setelah yakin, adalah berdayakan diri sendiri. Perbanyak baca, pelajari banyak hal tentang kehamilan dan persalinan, praktekkan tips dan trik yang sudah dipelajari. Dan yang tak kalah penting adalah siapkan fisik dan mental menjelang persalinan. Tak jarang saat gelombang cinta datang semua jadi ambyar, gagal memanage rasa sakit, tak ada dukungan nakes, sehingga pasrah untuk sesar berulang. 
Saat semua sudah diupayakan, otomatis keyakinan juga akan semakin kuat. Kalau tidak yakin dengan diri sendiri, mohon sama Alloh robbi yasir wala tu’assir... Alloh yang akan memampukan.