Jumat, 27 Mei 2016

SEMUA BISA JADI PENULIS

Ini tentang mimpiku untuk menjadi penulis. Awalnya aku tak percaya diri untuk mimpi yang satu ini. Aku hanya berani menulis buku harian yang isinya uneg-uneg sehari-hari. Nggak tahu kenapa saat tak merasa enak hati atau justru sebaliknya saat semangat sekali, menulis adalah pelampiasan yang tepat. Saat tidak cocok dengan tingkah laku seseorang, dengan menuliskannya kebencianku jadi reda. Saat rindu seseorang, dengan menuliskannya aku bisa lebih tegar. Saat semangat menggebu dengan banyak ide dan mimpi, aku juga menuliskannya agar semua tak buyar begitu saja. 

Hingga akhirnya aku ikut organisasi kepenulisan yaitu Forum Lingkar Pena saat masih kuliah di Yogyakarta. Tapi sayang sekali aku tak begitu aktif di sana karena amanah skripsi yang menuntut segera selesai disusul dengan pulang kampung setelah itu. Tapi apakah semangat menulisku habis? Tentu tidak. Bisa dibilang menulis adalah kegemaranku setelah membaca buku. Dan blog ini adalah salah satu komitmenku untuk terus menulis. Entah ada yang baca atau tidak, sebenarnya aku tak sepenuhnya peduli. Blog ini salah satu pemacuku untuk produktif menulis dan semoga saja aku menulis hal-hal yang bermanfaat.

Sebenarnya siapa sih yang bisa dianggap sebagai seorang penulis? Apakah orang yang sudah punya karya atau buku? Atau mungkin yang novelnya bestseller? Patokannya seperti apa sih? Banyak sekali definisi yang dapat kita temui. Tapi satu ungkapan yang sanagat aku setujui bahwa penulis adalah orang yang tak berhenti menulis. Sesederhana itu. Jadi semua ortang bisa menulis? Oh tentu saja. Semua pekerjaan yang dapat terlihat di depan mata pasti dapat kita kuasai jika kita mau belajar dan mengusahakannya.

Memang tidak semua tulisan bagus atau layak dibaca, tapi seklai lagi jika kita mau belajar dan mengusahakannya tidak ada yang tidak mungkin. Berdoa pasti nggak boleh ketinggalan lah ya..

Salah satu impianku di tahun 2015 adalah menjadi cerpenis nasional. Salah satu manfaat membuat daftar impian kerasa banget lho. Apakah impianku tadi tercapai? Belum sih tapi prosesnya alhamdulillah tidak melenceng. Mimpi kan boleh tinggi, tapi prosesnya nggak kalah penting. Hasil mah urusan Yang Di Atas. Tahun 2014 aku berhasil menjuarai kontes cerpen oleh salah satu penerbit indie. Dua karyaku masuk 2 buku antologi. Alhamdulillah... aku bahagia sekali saat itu. Dan di akhir tahun 2015 hingga awal tahun 2016, dengan percaya diri aku mengikuti 15 kontes menulis. Aku terus menulis dengan target bisa mendapatkan  tropi untuk baby yang masih dalam kandungan. Alhamdulillah... dari 15 lomba yang kuikuti, 3 tanpa kejelasan, 11 gagal jadi pemenang, dan 1 lolos jadi juara 3 dengan hadiah plakat dan sedikit fulus. Mashaalloh lega rasanya menikmati prosesnya. Dan percayalah 10000 hours to master your craft. Terus belajar dan mengusahakan yuk...!

Senin, 09 Mei 2016

BERBEDA ITU BIASA, YANG PENTING KAMU NGAJI DIMANA?

Ada rasa damai tatkala melihat ada anak-anak rukun dalam bermain. Kalaupun sempat bertengkar, itu hanya sebentar. Usil yang tak disengaja dan tak masuk ke hati. Mudah bagi mereka baikan begitu saja. Nggak peduli yang satu ingusan, yang satu keriting, lainnya anak  pak lurah, dan lainnya lagi berkulit hitam. Yang mereka tahu bahwa mereka adalah sebaya dan memiliki tujuan bersama yaitu main bersama. Jikapun terjadi saling mengejek, besoknya juga sudah lupa. Indah sekali.
Ada rasa gundah tatkala melihat kita yang sudah dewasa ini saling mencerca. Mudahnya mengatakan kekurangan orang lain dan sok memnyalahkan apa yang kurang tepat dari diri yang bukan kita. Kenapa kita selalu merasa paling benar?
Jika ego seperti itu ada dalam satu rumah, bisa saja rumah itu akan segera roboh menghancurkan semua yang di dalamnya. Kita memang berbeda, tapi apa perlu perbedaan itu menjadi penyebab untuk menebar kebencian yang nyatanya akan merugikan semuanya termasuk diri kita sendiri. Sedih jika kawanan sini mengkritik kawanan sana serta sebaliknya. Nyatanya jelas kita saudara. Apa yang sama? Terlalu banyak.
Saya dari kecil ngaji dengan ustadz NU. Ngaji iqro, barzanzi, sholawatan, yasinan, slametan, tahlil, dan seterusnya.  Kemudian SMA kenal dengan diniyah yang menghantarkan saya ikut liqo hingga sekarang. Saat SMA juga, saya sempat tergabung sebuah komunitas yang ternyata adalah HTI. Bahkan saya sampai ke tahap pertemuan kader seJawa dan mengucapkan semacam baiat di sana. Pada tahap kuliah, saya punya teman dari Muhammadiyah. Saya tahu lebih tentang semngat kader HTI. Ada juga teman salafy. Di tahun terakhir kuliah saya tinggal di asrama dan ngaji dengan ustadzah NU. Saat kuliah saya punya usaha dengan teman PII. Dan untuk usaha yang sekarang, saya bekerjasama dengan teman salafy. Oh ya saya juga ada teman LDII bahkan ada tetangga juga yang LDII. Sebelah rumah juga ada jamaah yang punya semacam padepokan. Ah, banyak lagi mungkin yang saya belum tahu. Setelah saya tahu tentang jamaah-jamaah yang saya sebut di atas akhirnya secara alami saya mengikuti yang  pas di hati. Sekarang ini saya liqa, saya ngaji alquran dengan ustadzah NU, dan suami saya basis NU. Apakah ada prinsip yang bertabrakan? Iya, tentu saja. Prinsip yang bertabrakan tak harus memulai pertengkaran. Berbeda itu sudah biasa. Nggak hanya dalam hal tempat ngaji. Semua harus rukun. Ilmu kita sedikit, praktekkan saja ilmu yang sedikit itu. Tak perlu sombong. Menyibukkan diri memperbaiki diri bukan sebaliknya sibuk mengkoreksi golongan sana sini. *ntms
Ibu saya orang biasa, kenal ngaji saat usia hampir senja ini. Tapi mashaalloh, belum adzan dah persiapan sholat. Berbeda itu biasa, yang nggak biasa itu yang mempermasalahkan perbedaan. Biasanya yang begitu belum ngaji atau lagi cuti semangat ngajinya. Yuk nggak usah saling menghakimi,..kita saudara. Jaga diri dan jaga saudara. Kiamat sudah semakin dekat lho... masih bingung mau ngaji dimana? Buruan!
Jamaah oh jamaah... (:

Minggu, 01 Mei 2016

PERJUANGANKU UNTUK FULL ASI SETELAH SAMBUNG SUSU FORMULA



            Sekarang aku tahu bagaimana rasanya menjadi ibu. Bismillah.. aku akan menulis pengalaman bagaimana usahaku untuk memenuhi hak anakku yaitu mendapatkan Air Susu Ibu alias ASI. Berdasarkan pengalaman ni, ibu baru yang bermasalah dengan ASI akan banyak browsing tentang perjuangan ibu lainnya terkait ASI. Semoga tulisan ini menjadi salah satu bacaan yang bermanfaat.
            Kenapa ya jaman sekarang ASI nggak otomatis keluar seperti jaman dulu jaman ibu atau nenek kita? Aku sempat bertanya seperti itu. bahkan saat hamil aku tak begitu fokus dengan yang namanya bagaimana ASI nanti lancar dan mencukupi kebutuhan bayi. Aku pikir ya nanti setelah melahirkan ASI akan keluar dengan sangat alamiah setelah disedot bayi. Anggapan ini tak sepenuhnya salah. Namun ternyata itu tak terjadi pada diriku. Bahkan dengan ilmu yang kurang, bayiku sudah minum susu formula di hari pertama. Hari berganti hari hingga akhirnya anakku lebih banyak minum susu formula daripada minum ASI. Alhamdulillah.. anakku tidak bingung puting. Dia mau nenen langsung dan dari botol. Aku ingin sekali anakku bisa full ASI meskipun sudah terlanjur minum susu formula. Tekadku kuat untuk menghentikan susu formula. Lha wong ibu yang bekerja aja rela mompa ASI masa aku yang full di rumah malah ngasih susu formula. Semua tahu bahwa semahal apapun harga susu formula, tak akan ada yang bisa menggantikan kandungan ASI. Right?
            Bagaimana kisah perjuangan untuk menghentikan pemberian sufor? Berdasarkan pengalaman, kunci sukses memberikan asi adalah tekad dari si ibu sendiri disertai dukungan lingkungan sekitar. Oh ya pemberian sufor tu bukan ideku lhooo, nenek si bayi yang mengusulkan. Dan aku menyetujui. Ya begitulah... tekadku belum kuat saat itu. Mungkin karena keadaan fisik setelah melahirkan.
            Kunci pertama yaitu tekad yang kuat atau bisa kita ganti poin ini dengan niat yang benar. Jangan sampai niat memberikan ASI agar nggak beli susu formula, atau buat posting di medsos bahwa kita aktifis ASI, dan niat melenceng lainnya. Air Susu Ibu itu hak anak lho ya! Jadi luruskan niat kesana... apapun yang dilakukan seorang ibu inshaalloh ada ganjarannya. Asal niatnya lurus.
            Ada ibu baru yang setelah melahirkan ASInya mengucur deras setelah beberapa hari. Payudara terasa penuh dan sakit bila ASI tidak dikeluarkan. Aku percaya hal itu meskipun tidak terjadi padaku. Bahkan payudaraku biasa saja tidak seperti sedang menyusui. Bahkan ibu berucap meskipun aku bertekad menyusui, tidak akan cukup. Pernyataan itu keluar karena melihat payudaraku tidak penuh seperti ibu menyusui lainnya. Kembali lagi pada kunci pertama yaitu tekad yang kuat. Bismillah. Semua saran orang untuk memperlancar ASI sudah kulakukan. Untuk obat, aku pernah konsumsi Naturebreast, Molocco, Asifit, dan nihil. Untuk sayuran, dari daun katuk, daun pepaya, daun bayam, sawi, rebusan kacang ijo.. dan banyak makan sayur juga aku lakukan. Asi booster dari yang berupa teh, susu, dan juga berupa kaplet yang harganya setengah juta juga aku coba. Dan hasilnya? Biasa saja.
Oh ya, aku mompa ASI juga. Padahal aku di rumah terus lho... kenapa mompa? Tekadku terlanjur kuat banget. Katanya ASI itu keluar berdasarkan permintaan. Jadi kudu terus dirangsang kan... Semangat Mom!!!
Bagaimana teknisnya untuk merangsang ASI keluar? Ada 3 tahap saat ASIku kurang hingga bisa full ASI. Pertama saat bayi lapar langsung aku susui, jika masih nangis lanjut susu formula. Ini terjadi di awal-awal setelah kelahiran. Kedua, saat bayi lapar langsung aku susui, jika masih nangis lanjut kasih ASI Perah. Ini terjadi saat aku udah mompa ASI. Dan tahap ketiga adalah saat bayi lapar aku susui dan dia tidak nangis meskipun masih kurang kenyang. Dan sekarang, alhamdulillah bayi kenyang ibu riang. Bahagia sangat. Setelah berdarah-darah dan sering nangis, akhirnya hasilnya tercapai.
            Kemudian kunci sukses kedua adalah dukungan orang sekitar alias keluarga. Kita komunikasikan pada mereka bahwa kita mau menghentikan sufor. Misalkan saja dari banyak sayuran tadi dimasakkin sama ibu, beli obat dan asi booster dibeliin suami, daun katuk dicariin mertua, dan banyak dukungan lain yang sangat penting.
            Memberikan ASI atau susu formula adalah keputusan ibu. ASI adalah hak anak. Dan ternyata ASI itu adakalanya harus diperjuangkan. Bukan berarti ibu yang memberikan sufor itu tidak berjuang ya. Ibu dan perjuangan adalah saudara kandung. Tuliskan perjuanganmu! Perjuangan pahit akan manis setelah dituliskan.