Jumat, 03 Mei 2013

MAHASISWA TAK SEMPURNA

     Mahasiswa diartikan secara umum sebagi seorang yang menyenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.  Pengertiannya bisa sesederhana itu, tapi keberadaan mahasiswa memiliki peran yan tidak main-main dalam sejarah. Banyak contoh peran mahasiswa dalam sejarah. Penggulingan Soeharto misalnya. Mahasiswa yang identik sebagai wajah pemuda Indonesia memang selalu diawasi gerak-geriknya. Ibarat artis yang berprofesi sebagai public figure, mahasiswa tak jarang merasa di posisi yang sama. Harapan bangsa dan masyarakat terhadap peran-peran mahasiswa menuntut mahasiswa untuk selalu mengupgrade diri setiap waktu. Tampil dengan bagus seolah suatu keharusan.
     Mahasiswa sadar tentang peranan mereka seharusnya bagaimana. Mahasiswa juga tak jarang menyelipkan kata “bermanfaat untuk negara” dalam mimpi masa depannya. Tak sedikit mahasiswa yang berjuang untuk bagus di akademik, berprestasi nasional, hingga mempunyai kegiatan sosial. Tak sedikit juga yang sudah mencapai tahap dimana dikatakan ia menjadi teladan bagi mahasiswa lain. Mahasiswa sadar bahwa setelah lulus kuliah, mereka akan dibutuhkan dalam masyarakat. Mereka juga sadar bahwa kehidupan di kampus amatlah berbeda dengan realita hidup di masyarakat. Dan mereka yang tak sedikit itu terus berjuang tahap demi setahap untuk mempersiapkan diri.
     Namun, tak banyak mmasyarakat yang tahu tentang beban yang dimiliki seorang mahasiswa dalam menjalankan perannya. Demo bukanlah keinginan mahasiswa. Pastilah ada sebab yang melatar belakangi. Masyarakat sedikit tahu apa yang terjadi dengan dunia kampus. Beban akademik, perkembangan diri, dan godaan-godaan yang ada. Mahasiswa tumbuh dalam lingkungan yang tak banyak teladan di dalamnya. Idealisme yang terbentuk pun nantinya akan terbenturkan dengan realita kehidupan yang sebenarnya.
     Tak sedikit mahasiswa apatis, dan tak banyak mahasiswa yang bersolidaritas. Kurangnya teladan kadang membuat sebuah kebenaran atau kesalahan terlihat ambigu di mata mahasiswa. Bingung sama dengan salah arah. Gambaran yang  sering tersajikan adalah kebobrokan demi kebobrokan. Tempat pendidikan di kota-kota besar yang lekat dengan gaya hidup modern juga menjadi godaan tersendiri. Kepekaan semakin terkikis.
     Moral mahasiswa dikatakan cenderung merosot. Ah kenapa hanya mahasiswa. Nyatanya itu adalah cerminan dari moral seluruh masyarakat yang ada. Mahasiswa jengah dengan dalih bahwa mereka kaum terpelajar. Toh nyatanya sekarang semua orang bisa belajar dengan mudah.
     Mahasiswa tahu bahwa mereka sedang ditunggu untuk menjadi pemimpin-pemimpin hebat. Mereka percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih unggul. Tapi terkadang pandangan sinis meluluhlantakkan semangat mereka untuk bangkit. Karena tidak semua mahasiswa bermental baja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar