.............
Perutku
terasa agak kencang-kencang. Jujur aku mulai galau. Tapi keyakinanku untuk VBAC
masih sangatlah kuat. Dan khusnudzonku pada Alloh selalu tinggi. Aku ingat dulu
setelah menjalani SC dan dilanda sedih, keyakinanku muncul bahwa ah Alloh
ingin aku merasakan VBAC...
Tapi
kembali lagi, kesehatan bayiku adalah yang utama. Bagaimanapun prosesnya nanti
aku akan berupaya semaksimal mungkin memberikan yang terbaik. Aku akan memohon
sungguh-sungguh pada Alloh untuk diberikan yang terbaik.
Banyak
hajatku yang dimudahkan oleh Alloh. Asal tujuan hajatku baik, aku yakin Alloh
meridhoi. Untuk VBAC ini, jelas aku ingin merasakan jihad seorang ibu yaitu
melahirkan. VBAC bukan untuk dipamerkan. Masih banyak proses selanjutnya
setelah melahirkan yang harus aku ikhtiarkan dengan baik.
...........
Di atas adalah penggalan
tulisan di diaryku tertanggal 19 Juni 2017 (H-1 persalinan). Aku belajar sabar,
berkhusnudzon pada Alloh, dan selalu bersyukur atas rencana Alloh.
Alhamdulillah ikhtiar dan doa untuk VBAC diijabah Alloh dengan proses yang mudah.
Setelah tahu hamil anak
kedua, browsing VBAC story adalah kegiatan rutin hingga menjelang persalinan.
Banyak sekali VBAC story yang berhasil menyemangati diri. Semoga VBAC storyku
ini juga bermanfaat yang sama untuk pembaca lainnya.
Pagi bakda subuh mulai
muncul gelombang cinta yang ditunggu-tunggu. Aku langsung sumringah. Aku memajang
skema birthplan yang sudah kubuat. Skema ini membantu mengingatkan tentang
apa-apa yang sebaiknya kulakukan saat kontraksi datang. Untuk menghadapi
nikmatnya kontraksi, aku harus rilkes dan menguasai nafas. Itu adalah kuncinya.
Aku memutuskan tidak segera
memberi tahu anggota keluarga yang lain terlalu dini. Aku mandi air hangat
untuk langkah awal agar tetap rileks. Setelah mandi aku berusaha tetap aktif
seperti mencuci dan jalan kaki meskipun hanya di dalam rumah. Sesuai niatan
semula, aku ingin bertahan selama mungkin di rumah atau tidak langsung
berangkat ke bidan untuk menghindari intervensi medis yang belum perlu. Alasan
paling jujur sih aku takut kalau langsung dirujuk dan divonis sesar lagi. hehe
Jadi pengennya ke bidan kalau sudah nggak tahan dan tinggal mbrojol di sana.
Suami berangkat kerja seperti biasa. Aku
meyakinkannya untuk tidak khawatir.
Oke, saatnya mempraktekkan
segala ilmu persalinan yang aku pelajari. Aku tetap aktif jalan kaki meski
pelan agar posisi bayi cepat turun. Aku juga berusaha tersenyum saat kontraksi
datang. Ya memang tidak mudah. Apalagi semakin lama kontraksi semakin aduhai
rasanya. Oh ya tak lupa aku nyemil
kurma. Aku siapkan 7 butir kurma dan aku camil pelan-pelan di sela kontraksi.
Aku juga berusaha minum air putih yang banyak. Aku ingin kondisi fisikku tetap prima. Jangan sampai lelah di awal.
Aku menyalakan aplikasi
contraction timer. Dan ternyata kontraksiku sudah per 5menit. Jam 8 pagi aku
mencoba untuk tidur dengan posisi miring ke kiri serta memeluk guling yang
tinggi agar jalan lahir lebih terbuka. Aku ingin tidur untuk hemat energi. Aku
tidur di sela-sela kontraksi. Jam 9 aku putuskan bangun dan mencoba aktif gerak
lagi. Posisi badan lebih baik vertikal agar bayi cepat turun. Gelombang cinta
semakin nikmat. Dibutuhkan usaha lebih untuk tetap rileks dan menjaga nafas.
Aku juga mulai bolak-balik kamar mandi untuk buang air kecil. Keringat mulai
muncul. Aku mencoba goyang di gymball, merangkak, memeluk tumpukan bantal,
jongkok, dan berbagai posisi. Hingga jam 11 muncul rasa ingin mengejan. Saat ke
kamar mandi, susah sekali menahan rasa ini. Aku telfon suami minta segera
pulang dan minta dibawakan eskrim, you c 1000, serta pocari. Aku berfikir aku
butuh asupan lebih tapi yang mudah dimakan alias tinggal lep.
Sambil menunggu suami pulang
aku kembali ke posisi tidur miring. Susah sekali menahan rasa ingin mengejan.
Nafasku mulai berantakan. Aku mulai susah untuk menahan suara. Sesekali muncul
rintihan. Menjelang dzuhur satu persatu anggota keluarga mulai datang. Ada ibu,
kakak, dan suami akhirnya datang menemani. Puncak perjuangan persalinan
dimulai. Semua berjalan begitu cepat hingga akhirnya bidan datang dan bayi
VBACku lahir tepat jam 12.30 di kamarku sendiri. Alhamdulillah...
Tak ada niatan melahirkan di
rumah. Bahkan bidan yang menolong persalinanku ini (Bu Chusnul) adalah bidan
yang selalu mengingatkanku untuk melahirkan di RS. Bahkan aku belum pernah
periksa ke Bu Chusnul. Tapi bagaimanalagi, bayi ini sudah ditakdirkan lahir
kapan, bagaimana, ditolong siapa. Alhamdulillah, semua melebihi ekspektasi yang
kuharapkan.
Rasanya plong sekali. Suami
memberikan selamat. Aku sendiri tak hentinya memuji Yang Maha Kuasa. Ternyata
memang nikmat sekali dapat mengalami persalinan alami setelah sebelumnya
melahirkan dengan operasi sesar. Kini aku sudah merasakan keduanya. Keduanya
jelas amat berbeda. Hal terpenting adalah selalu ada hikmah di setiap proses persalinan.
“Kok mudah sekali bisa
lairan di rumah, VBAC lagi.. “
Komentar seperti itu muncul
disertai wawancara bagaimana bisa sukses VBAC. Nah aku mau berbagi pengalaman
aja. Soal kunci sukses VBAC, kuncinya ya Alloh ngasih ijin apa engga. Dan Alloh
tak akan menyia-nyiakan ikhtiar dan doa hambanya. Menurutku seperti itu.
Aku menjalani operasi sesar
pada Februari 2016. Detak jantung janin melemah dan dokter langsung memutuskan
operasi. Entah apa penyebabnya, bisa jadi karena aku stres setelah sebelumnya
divonis SC karena baby besar, ada lilitan dan belum masuk panggul.
Saat tahu hamil lagi, tekad
untuk VBAC amatlah kuat. Aku yang berdomisili di Madiun menjalani pemeriksaan
pertama di Jogja demi bertemu nakes yang proVBAC. Dari awal aku berniat
bersalin di Jogja karena di Madiun belum ada nakes yang proVBAC apalagi dengan
kasusku (jarak kehamilan kurang dari 2 tahun). Aku memperbanyak bacaan tentang
proses persalinan. Aku juga banyak membaca VBAC story untuk menyemangati diri.
Banyak hal yang kulakukan. Dan yang paling berperan terutama untuk menjaga
semangat VBAC adalah gabung dengan komunitas VBAC support via WA. Segala gundah
gulana dapat dishare disitu dan kami saling menyemangati.
Dari segi nutrisi aku
mengkonsumsi madu, kurma, dan minyak zaitun. Untuk luka SC, aku konsumsi jelly
gamat dan sesekali melakukan Scare massage.
Tentang luka bekas operasi SC sebenarnya tidak aku khawatir akan karena
selama ini tidak ada keluhan yang berarti. Aku yakin luka ini bukan halangan.
Masuk semester ketiga, aku
mulai fokus pada persiapan persalainan. Ikhtiar yang belom maksimal kuupayakan
lebih maksimal lagi. Oh ya selama kehamilan ini aku USG di bidan, tidak ke
dokter. Hanya ada 1 bidan di Madiun yang support keinginanku untuk VBAC. Aku
menemukannya di trimester ketiga. Di sanalah aku rutin menjalani pemeriksaan. Nama bidannya Bu Titik.
Nutrisi terus berjalan.
Masuk 8 bulan aku mulai latihan gerak berupa senam dan lainnya. Semuanya ada di
google. Tinggal ketik apa yang aku khawatirkan atau tentang apa yang ingin aku
pelajari.
Tiba saatnya hingga usia
kandungan 38 week. Berbagai cara induksi
alami kulakukan. Menjelang HPL, gelombang cinta tak kunjung datang. Saudara dan
sahabat mulai menanyakan kabar. Aku tetap tersenyum dan yakin bahwa gelombang
cinta akan datang tepat pada waktunya. Di saat perut mulai terasa berat, aku
mengurangi latihan fisik. Aku lebih memperbanyak doa, bersikap lebih baik lagi
pada suami, dan aku juga rutin melakukan ruqyah mandiri sesuai saran teman. Interaksi
dengan alquran aku kuatkan. Apalagi di momen ramadhan suasananya sangat
mendukung.
Banyak yang meragukan apakah
aku akan berhasil VBAC dengan kondisiku sekarang. Jarak operasi dan kehamilan
kedua hanya 7 bulan, bayiku diperkirakan besar hingga menjelang persalinan
belum masuk panggul, tinggi badanku kurang dari 150 cm (tergolong imut).
Sebenarnya bayi belum masuk
panggul adalah hal utama yang membuatku resah di masa akhir kehamilan. Aku sudah
squat, jalan kaki, naik turun tangga, main gymbal, rutin kulakukan setiap hari.
Nyatanya bayi tetap belum masuk panggul. Tak jarang orang berkomentar “kok
bayinya belum turun” saat melihat perutku masih buncit di atas. Aku banyak baca
lagi bahwa ternyata ada teknik bayi yang menyesuaikan jalan lahirnya. Tulang kepala
bayi bisa bertumpuk menyesuaikan jalan lahir atau panggul saat persalinan. Namanya
moulase. Hal ini membuatku kembali yakin aku bisa.
Dan ternyata bisa! Anak kedua
ini lahir dengan berat badan 3,5 kg padahal kakaknya yang sesar 3,3 kg. Anak pertama
lahir di 41 w dan anak kedua lahir jalan 42 w. Aku sudah berusaha diet seperti
mengurangi gula dan makan beras merah. Tapi bayinya masih tergolong gendut. Kini
aku percaya bahwa untuk sukses VBAC belum tentu berat badan anak kedua harus
lebih kecil dari anak pertama.
Dan aku juga percaya bahwa
kebanyakan kasus VBAC itu mundur dari HPL. Dan inilah masa terberat. Menunggu kontraksi
datang dan semakin banyak yang menanyakan kabar. Mental ibu diuji apakah bisa
goyah atau bertahan.
Apakah setelah sesar
sebaiknya diusahakan vbac?
Oh tentu! Melahirkan adalah
fitrah seorang wanita. Vbac sebaiknya diupayakan karena melahirkan secara
pervaginam adalah proses alami yang amazing. Coba deh! Sesar tidak buruk jika
dilakukan dengan indikasi yang tepat.
Kalau ditanya lagi kunci
sukses VBAC?
Menurut saya kuncinya adalah
yakin. Yakin bahwa kita bisa. Kalau ada keraguan, cari penyebab keraguan itu
dan tuntaskan. Dan Alloh nggak akan menyia-nyiakan usaha dan doa hambaNya. Setiap
ibu yang melahirkan secara sesar punya penyebab masing-masing dan tentu
kasusnya beda-beda. Jadi setelah yakin, adalah berdayakan diri sendiri. Perbanyak
baca, pelajari banyak hal tentang kehamilan dan persalinan, praktekkan tips dan
trik yang sudah dipelajari. Dan yang tak kalah penting adalah siapkan fisik dan
mental menjelang persalinan. Tak jarang saat gelombang cinta datang semua jadi
ambyar, gagal memanage rasa sakit, tak ada dukungan nakes, sehingga pasrah
untuk sesar berulang.
Saat semua sudah diupayakan,
otomatis keyakinan juga akan semakin kuat. Kalau tidak yakin dengan diri
sendiri, mohon sama Alloh robbi yasir
wala tu’assir... Alloh yang akan memampukan.
Assalamualaikum mbak, mohon info untuk bidan pro VBAC di madiun alamatnya dimana ya? Terimakasih
BalasHapusBidan titik di madiun alamatnya di mana mb? Trima kasih
BalasHapusMbk dimadiun bidan titik dimana ya? Terimakasih.. Aq domisili di madiun soalnya...
BalasHapus