Detik
ini kita sudah sampai di sini, di tempat yang berbeda saat pagi tadi kita
berada. Ikan di kolam itu sudah semakin gembung. Harum melati semerbak. Dan aku,
kini tak seperti dulu. Dulu.. saat aku tak malu berkaca dan bergaya. Dengan
berbinar, Ibu bilang prestasiku semakin
cemerlang. Di pagi hari, Bapak selalu berbagi kopi hangat denganku seraya
berpesan aku tidak boleh nakal di sekolah. Tiada masa yang paling menyenangkan
selain masa miniku. Aku selalu merasa menjadi yang terbaik. Tak apa jika ada
teman yang tak mau main denganku, pasti dia iri, lagian dia juga anak nakal
sedangkan aku anak baik. Buktinya Ibu Guru selalu memujiku. Aku paling senang
dipuji. Rasa senangnya seperti mendapat permen coklat setruk, nggak habis dimakan
sebulan. Semua indah.
Hidup ini adalah kisah terindah
bagiku, bagimu, dan bagi seluruh manusia di muka bumi. Kita adalah makhluk
sempurna yang tidak begitu saja ada. Kita tahu bahwa kita adalah makhluk
terbaik yang Allah ciptakan untuk menghuni planet terkaya ini. Hingga malaikat
pun sempat protes saat adam diciptakan. Malaikat beranggapan buat apa
menciptakan mausia sementara sudah ada mereka yang senantiasa patuh dan
mengagungkan nama Allah. Hingga akhirnya mereka terdiam saat melihat adam mampu
menyebutkan nama-nama benda di bumi dan nama-nama benda di syurga. Allah
mengajari adam, tidak malaikat. Manusia punya akal yang tak dipunyai makhluk
lain.
Yup akal. Akal inilah yang
menyadarkanku tentang masa kecil yang tlah berlalu. Ikan di kolam itu kini pergi,
airnya menghitam. Bau melati menghilang. Bapak Ibu membiarkanku lebih mandiri
dan tak banyak memuji. Ah tak apa. Semua demi kebaikanku. Aku sudah sadar aku
tak seimut dulu. Pita-pita itu sudah tak pantas kupakai. Butuh waktu untuk
menyadari semua perubahan ini hingga akhirnya aku mengerti akal ini adalah
bukti kesempurnaan ciptaan Allah. Tak ada manusia yang seperti malaikat tanpa
sayap. Ada-ada saja. Selama masih berakal kita tetap jadi manusia tulen.
Aku menjalani semuanya dengan usaha
terbaik. Lagi, akal membantuku untuk
memilih ingin berada di syurga dan neraka. Orang gila pun tak akan mau masuk
dalam kobaran api yang menyala dahsyat. Hih. Berbekal akal aku menuntut ilmu
hingga aku mengerti bahwa kasih sayang Allah pada kita melebihi kasih sayang
siapapun, termasuk Ibu Bapak kita. Tak ada seorang Ibu yang tega membakar
anaknya, apalagi Allah yang Maha Pengasih pada hambaNya. Allah tak kan tega
memasukkan hambaNya ke dalam neraka. Trus bagi mereka yang akhirnya masuk
neraka? Ya itu karena pilihan mereka sendiri.
Aku berusaha selalu menambah
ibadahku. Jangankan sholat wajib, semua sholat sunnah sudah aku coba. Jangankan
khatam alqur’an sekali sebulan, kini aku malah sudah menghafal banyak juz
alquran. Jangankan ngaji mingguan, sarapan saja aku sambil dengerin pengajian.
Puasa sunnah, sudah biasa sih. Banyak lah.. Usaha terakhirku adalah untuk
istiqomah menjalani semua ini. Insyaallah syurga kudapat. Aku menjalani
semuanya dengan suka cita. Alhamdulillah aku berada di lingkungan yang baik sih,
insyaallah orang-orangnya sholeh sholeha. Hmm senangnya... Tak apa cape ngurusi
dakwah kesana kemari. Tak apalah nggak beli baju baru demi tawadu’. Tak apalah
nggak gaul sama dia, kan dia anak nakal, sedangkan aku anak baik, buktinya...,
buktinya..., buktinya. –Ibu tidak memuji
kebaikanku... Allah memujiku? Allah?? Kok pikiran masa kecilku masih ada?!-
Deg!
Astaghfirullah...!! tamparan
terdahsyat bagiku. Serasa jatuh dari ketinggian Gunung Rinjani seraya ditampar
di tiap 5cm nya.
Banyak orang merasa
banyak sekali beribadah dan percaya bahwa ibadahnya lah yang akan membawanya ke
syurga. Ia merasa tak berdosa, padahal...., di situlah letak dosanya. Orang
seperti ini akan ditukar tempat dengan orang yang banyak dosa namun ia sadar
akan perbuatannya dan selalu berusaha bangkit. Pelacur yang taubat dipindah ke
syurga, dai yang suombong dipindah ke neraka. Di sinilah peran akal sesungguhnya,
untuk membuat kita menemukan cara bangkit di saat terjatuh dalam dosa. Allah
mengajarkan kita melalui akal.
Aku tersadar ..
Kolam itu menghitam karena ulahku,
melati itu tak berbunga karena aku, dosaku..