...........
Malaikat
malik penjaga neraka..
Malaikat ridwan penunggu syurga
................
Azizah bernyanyi sambil
loncat-loncat. Lagu itu pasti diajarkan di TKnya untuk mempermudah menghafal
nama-nama malaikat beserta tugasnya.
“Ndhuk, bilang sama malaikat Malik kalau Emak lewat suruh nutup
pintu ya...”
“Emang kenapa Mak?” Azizah
bertanya penasaran.
“Ya biar Emak nggak masuk neraka.
Emak biar ditemeni sama malaikat Ridwan saja..”
Azizah melongo mendengar jawaban
emaknya. Mungkin saja ia belum faham.
Meskipun akhirnya ia mengangguk mantap.
Aku merasakan suasana itu. Suasana
damai yang selalu mengingatkanku bahwa orang di depanku ini sungguh
menginspirasiku. Orang yang nampak sehat namun selalu ingat akan kematian.
Bukankah beliau termasuk orang yang paling cerdas?
Sudah hampir 2 bulan Bulik Tatik
bekerja di rumah untuk membantu usahaku membuat abon. Membuat abon adalah
proses yang cukup lama dan membutuhkan orang yang telaten. Hingga akhirnya Ibu
mengusulkan padaku untuk mengajak beliau. Bulik Tatik terkenal sebagai sosok
yang ringan tangan. Siapapun warga di kampung yang menggelar hajatan, beliau
pasti ada di sana untuk membantu. Awalnya aku hanya tahu dari cerita dan dari
cuplikan-cuplikan yang kulihat saja. Hingga akhirnya 2 bulanan ini aku sering
berinteraksi dengan beliau. Tak banyak kujumpai selain teladan yang sungguh
layak untuk ditiru. Keseharian beliau tak kenal lelah, selalu mengutamakan
kepentingan umum, dan totalitas dalam pelayanan terhadap sesama. Semua itu
sungguh menginspirasiku. Tak perlu menunggu luang untuk menolong orang lain.
Aku belajar itu.
Beliau adalah sosok ibu rumah
tangga yang selalu mendirikan sholat malam dan sholat shubuh berjamaah masjid. Pernah suatu hari beliau menyesal
sekali saat tak bangun untuk sholat malam. Meskipun biasanya beliau malah
bangun jam 2 pagi jika ada pesanan membuat panggang. Oh ya.. Bulik Tatik jago
dalam memasak. Keahlian yang membuatnya dibutuhkan dimana-mana.
Pagi jam 6 seperempat biasanya
beliau sudah sampai di rumah untuk memulai pekerjaan membuat abon. Sungguh pekerjaan
beliau tuntas dan hasilnya bagus. Meskipun Bulikku ini berstatus sebagai
pekerja saja, namun beliau tak mau pasif bahkan selalu aktif memberikan masukan
dan trik-trik demi kemajuan usaha abonku. Apalagi dari segi rasa, banyak
perbaikan berdasarkan saran dari beliau.
Bulik Tatik adalah garda terdepan
dalam pelayanan terhadap sesama. Saat ada berita duka saudara yang meninggal,
beliau lah yang bergerak paling depan. Begitu pula jika ada syukuran kerabat,
beliau selalu membantu dengan ikhlas. Pernah suatu hari saat jam kerja, ada
saudara menelfon Bulik Tatik untuk curhat. Dari situ aku tahu bahwa Bulikku ini
bisa menjadi penengah yang bijak dalam masalah rumah tangga. Problem solver yang handal. Hal ini terbukti dari beliau yang sering
menjadi rujukan saat ada masalah
pribadi mulai dari saudara bahkan tetangga.
Umur Bulik Tatik sekitar 40 tahunan
dengan 3 orang anak perempuan. Asam garam kehidupan yang beliau enyam
sudah cukup membuatku mengerti bahwa aku bukanlah apa-apa. Saat bekerja, beliau
sering bercerita hal-hal yang membuatku banyak belajar akan realitas hidup yang
sebenarnya. Bagaimana agar fokus pada apa yang di depan mata dan melakukan hal
kecil hingga besar dengan ikhlas.
Hingga suatu hari aku tahu bahwa
penyakit Bulik Tatik ternyata kambuh lagi. Sekitar 5 atau 6 tahun yang lalu,
Bulik Tatik menjalani operasi pengangkatan kanker payudara. Dan semua baik-baik
saja setelah itu. Bahkan beliau juga melahirkan putri ketiga. Namun ternyata
kini mulai tumbuh benjolan lagi di dada. Dan hasil tes laboratorium yang sudah
dibacakan 2 dokter, hasilnya adalah Bulik Tatik harus menjalankan kemoterapy.
Berita ini adalah berita kurang baik, namun Bulik Tatik tetep tegar dan bahkan enjoy saja. Bahkan beliau berujar, “Malas ah mikir apalagi sampai stres, semua
orang juga akan mati. Mending mikir yang lain yang lebih berguna dan
menghasilkan.” Dokter yang menangani Bulik Tatik juga salut akan ketegaran yang
dimiliki Bulik Tatik. Dalam keadaan seperti itu, dan suami Bulik Tatik masih
berada di Kalimantan untuk bekerja.
“Sebenarnya aku itu nggak mau kemo, nanti aku
nggak bisa kerja. Katanya kemo itu bikin badan lemas dan bikin rambut rontok.”
Bulik Tatik berkata padaku.
Aku hanya bisa diam. Bagiku
semangat yang beliau miliki adalah penyemangatku juga untuk maju, khususnya
dalam usaha. Terlebih lagi aku ingin bisa tetap menggaji beliau. Kebutuhan
hidup untuk mengurus 3 anak yang yang pertama masih kuliah, yang kedua masuk
pondok pesantren, dan yang ketiga masih kelas TK. Semua masih butuh biaya
pendidikan yang tak sedikit. Aku juga tahu bahkan Bulik Tatik harus berhutang
untuk membeli TV. Ah tak perlulah cerita hal-hal yang terlihat sukar. Bahkan
bagi beliau semua itu bukanlah beban. Dalam keadaan seperti itupun, tetangga
yang membutuhkan tak sungkan jika butuh bantuan akan datang kepada beliau.
Tentu karena beliau sangat ringan tangan.
Terkadang aku membayangkan jika aku
berada di posisi beliau. Pernah suatu sore saat Bulik Tatik memandikan Azizah,
dengan polosnya Azizah berkata,” Eh Emak payudaranya cuma satu..!”
Aku tersontak mendengar kata-kata
itu. Langsung aku melirik wajah Bulik Tatik dan ternyata beliau tersenyum tulus, tak
terlihat raut tersinggung ataupun sedih.
Sebelum cuti kerja, Bulik Tatik
sibuk mengurus BPJS untuk meringankan biaya kemoterapy. Dan hari ini Bulik
Tatik pergi ke Surabaya untuk rujukan kemoterapy di rumah sakit yang lebih
lengkap fasilitasnya.
“Sebenernya aku sudah pasrah
kapanpun aku mati. Tapi demi anakku yang merengek memintaku berobat, akan
kujalani. Aku kasihan sama mereka. Doaku setiap malam adalah nanti setelah
sampai di Rumah Sakit, semoga semua sel kanker sudah hilang dengan ijinNya..”
Aamiin
Dari Bulik Tatik aku belajar
bahwa tak ada yang terpenting daripada totalitas terhadap apa yang kita lakukan
asal itu baik. Tak peduli itu hal kecil ataupun hal besar. Mengepel lantai pun
beliau lakukan tanpa disuruh. Demi kebersihan dapur yang bukan dapurnya.
Membeli HP yang 300 ribu akhirnya terlaksana karena banyak orang yang komplain
susah meenghubunginya. Saat kerja pun, tak sedikit yang menelefon demi tahu keadaan
teraktual Bulik Tatik. Banyak sekali yang
mengkhawatirkan. Mereka tak seberuntung aku yang setiap hari melihat senyum
Bulik Tatik yang tak terlihat sedikitpun seperti orang yang sedang sakit. Entah
kanker itu sudah sampai dimana, namun aku yakin Allah memberikan yang terbaik
untuk orang baik.
Dekat dengan Bulik Tatik
membuatku ingin sekali mempersiapkan yang terbaik. Tak peduli aku jadi apa,
asal aku berguna. Mulai dari yang terdekat, saudara, tetangga. Tak perlu
menghujat sana-sini, yang penting aku bisa apa, maka aku akan lakukan dengan
totalitas.
Tulisan ini diikutsertakan pada
href="http://www.ichal.net/p/lomba-menulis-artikel-blog.html">Lomba
Menulis Artikel Blog Periode 1-2015
Tulisan ini diikutsertakan pada
href="http://www.ichal.net/p/lomba-menulis-artikel-blog.html">Lomba
Menulis Artikel Blog Periode 1-2015
Keren artikelnya Mbak, sangat menginspirasi. Iya betul, jadi orang itu harus totalitas dan jangan terlalu banyak mikir, pikir saja yang bisa lebih cepat berguna bagi kita dari pada memikirkan yang tidak tidak, biar bisa produktif
BalasHapusMemang kerja keras akan menghasilkan sesuatu yang maksimal juga. Sangat menginspirasi semoga kita bisa mengikuti apa yang telah ditempuhnya, makasih.
BalasHapuskeren.. Benar2 menarik, istimewa bgt . .
BalasHapusTerimakasih komentarnya . Beliau habis operasi dan skrg harus rutin kontrol dan minum obat sampe 5 tahun k depan.
BalasHapus