Rabu, 07 Januari 2015

MENGINGAT MATI



Bismillah... sore ini aku mengikuti pengajian yang bertemakan tentang bagaimana cara meningkatkan kualitas iman kita... sebenarnya caranya tentu  banyak sekali. Yang penting adalah semua yang kita lakukan itu demi mendekatkan diri kepada Allah. Bukankah tak ada nikmat yang lebih indah daripada iman yang tumbuh di dalam hati?
Berdasarkan materi yang tadi dibawakan.. ada 3 cara yang bisa meningkatkan iman dalam hati kita.

  1. 1.       Sering mengingat mati
  2. 2.       Mentadaburi alqur’an
  3. 3.       Mengikuti rosul Muhammad

Di sini aku tidak ingin membahas perpointnnya. Tapi aku akan cerita sedikit pengalaman tentang point yang pertama adalah tentang “sering mengingat mati”. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang sering mengingat mati. Karena apa? Karena dengan mengingat mati, seseorang akan berhati-hati sekali dalam bertindak. Misalkan saja hari ini ada yang berfikiran untuk berbohong pada Ibunya.. Jika saja orang tersebut mengingat mati, ia kan berfikir lagi untuk berbohong. Kalau aku bohong trus mati dan nggak sempet minta maaf sama Ibu gimana?.. sederhananya seperti itu.
Nah aku ada pengalaman menarik tentang hal ini. Aku ingin sekali bisa lebih sering mengingat mati. Bukannya sok gimana tapi memang semua manusia kebanyakan lupa bahwa ia akan mati kan. Dalam materi tadi juga disebutkan bahwa kita hidup di dunia ini hanya sekitar 1,5 jam waktu akhirat. Itu hasil konversi dari itung-itungan yang ada dasarnya ya. 
Kita ingin dunk masuk dalam daftar orang yang khusnul khotimah. Aamiin
Dari hasil membaca sana sini. Salah satu cara untuk lebih sering mengingat mati adalah saat sebelum tidur kita bisa berfikir, wah ini bisa jadi tidur terakhirku. Bisa saja nanti aku nggak melek lagi. 
Owh caranya begitu,.
Dan hasilnya.. belum mikir apa-apa saja udah keduluan ngantuknya. Hadeeeehhh!!Tepar duluan..
Dan akhirnya, aku punya 2 cara konkret agar kita bisa lebih konkret mengingat mati. Tiap orang tentu bisa beda-beda cara. Ini caraku..
1.       Menyiapkan kain mori untuk diri sendiri
Mungkin terdengar agak mengerikan tapi memang benar aku melakukannya. Aku terinspirasi dari anggota silat SH Terate yang ada di kampungku. Mereka semua sudah mempunyai kain mori untuk mereka sendiri.  Aku tak tahu penjelasan detailnya. Namun aku pernah bertanya pada salah satu dari mereka.
“Buat apa nyimpen kain mori? Buat pusaka kah?”
Temanku dulu itu menjawab, “ Tiap melihatnya kita bisa ingat mati. Kain itulah yang nanti akan membungkus mayat kita. Hidup kan ibarat mampir ngombe..”
Oke.. aku sangat terpesona dengan jawaban itu. Kemudian aku bertanya pada salah satu temanku lainnya (yang bergabung SH Terate juga), berapa meter kain mori yang harus aku beli. Dan ternyata ada rumus untuk menghitungnya. Dan setelah aku pergi ke Pasar Beringharjo, aku juga baru tahu ternyata kain mori tu juga ada pilihan kualitasnya.Pengalaman berharga deh.
Kain itu kemudian kubungkus di dalam map bening dan aku tulis doa di sana. Kemudian aku simpan di dalam lemari bajuku. Ya... begitulah..
2.       Menulis surat wasiat
Untuk hal ini aku terinspirasi dari Almh.Yoyoh Yusroh. Aku kenal beliau melalui bukunya. Dari sana aku tahu bahwa semasa hidupnya, beliau selalu mencatat hutang-hutang yang beliau punya alias punya buku catatan hutang. Hutang apapun. Al qur an juga menyebutkan bahwa catat mencatat ini memang diwajibkan. Dan aku berfikir “Benar juga ya?!". Buku hutang adalah semacam surat wasiat. Mati bisa datang kapan saja. Kalau kita mati dan tak ada catatan apapun tentang tanggungan kita, hadehhh terhambat lo ke syurganya. Makanya semenjak itu aku bertekad akan membuat surat wasiat  dan aku perbaharui seminggu sekali. Aku menulisnya dalam Microsoft word kemudian aku simpan di lap top menggunakan pasword. Kemudian aku memberitahukan tentang surat wasiat ini kepada 2 orang kepercayaanku. Tujuannya adalah bila aku tiba-tiba mati, mereka lah yang akan menunjukkan surat wasiatku ini. Di dalam surat wasiat aku mencatat yang utama adalah hutangku. Bisa uang ataupun janji ataupun pinjaman barang yang masih ada di aku. Setelah itu aku menuliskan permohonan maaf kemudian wasiat akan barang-barang milikku akan dikemanakan jika aku mati nanti.
                Dua cara inilah yang aku konkretkan untuk mengingat mati. Mmmm..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar