Kamis, 13 Juni 2013

PRESTASI


            
              Mahasiswa paling gemar melengkapi CV. Bisa dibilang satu atau beberapa lembar kertas itu bisa sangat menggambarkan track record seseorang. Melalui CV, pelamar pekerjaan akan dipertimbangkan untuk diterima bekerja atau tidak. Melalui CV, seorang mahasiswa akan dinilai layak atau tidak  mendapatkan suatu beasiswa. Di dalam CV biasanya ada kolom prestasi. Kolom inilah yang jika semakin panjang akan semakin membuat kagum siapa yang membacanya. Apalagi jika prestasi yang tlah tertoreh adalah prestasi skala nasional atau bahkan internasional. Untuk melengkapi kolom prestasi ini sudah tersedia banyak ajang atau lomba di segala bidang. Bagi yang suka menulis akan mengikuti banyak lomba kepenulisan. Bagi yang suka bahasa inggris akan sering mengikuti ajang debat bahasa inggris, dan begitu pula berbagai bidang lainnya.
            Setiap peserta yang megikuti ajang perlombaan, tujuan yang dapat dipastikan sama adalah ingin menjadi pemenang atu juara pertama. Tidak ada orang yang  ikut serta dalam perlombaan namun bertujuan untuk kalah. Pada saat kemenangan benar menghampiri, akhirnya tercatat satu baris prestasi di kolom prestasi di CV. Yup mereka bisa mengumpulkan prestasi. Hingga ada sebutan siswa berprestasi, mahasiswa berprestasi, pemuda berprestasi. Berangkat dari prestasi ini kemudian mereka yang berprestasi itu akan dikenal dan mulai dikagumi khalayak banyak. Di sinilah seyogyanya letak pertanyaan yang mengusik. Apakah aku masih rendah hati? Apakah karya-karya ini kubuat hanya untuk diakui khalayak? Apakah aku sudah tergelincir mencicipi rasa angkuh? Hati yang bersih akan senantiasa menjadi indikator dalam berbuat. Jadi, apa itu prestasi?
            Menurut KBBI, pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Di saat pengusaha ingin mencapai omset 1 M perbulannya dan ternyata berhasil , bisa dibilang pengusaha tersebut berpretasi. Begitu juga dengan mahasiswa, banyak dari mereka yang melakukan penelitian baru sehingga disebut berprestasi. Ada dari mereka yang exchange ke luar negeri hingga disebut berprestasi. Kemudian setelah itu? Banyak yang penelitian hanya berhenti sampai hasil dan tanpa aplikasi. Karya-karya yang dihasilkan banyak yang hanya menjadi pajangan yang membanggakan pemiliknya. Berhenti sampai di situ. Jika prestasi yang diagung-agungkan hanya seperti itu, maukah kita menyandang gelar berprestasi?
            Lagi lagi kita bisa belajar dari sejarah, bahwasanya lebih banyak orang berprestasi dan karyanya tidak main-main dan bisa dikenang hingga sekarang. Bagaimana penaklukan Konstatinopel oleh Al Fatih menjadi prestasi yang luar biasa. Apakah Al Fatih mengejar prestasi untuk dirinya sendiri? Tidak. Al Fatih memperjuangkan Islam dengan segenap kemampuannya. Apakah pada zaman sahabat ada pola pencarian gelar? Tidak. Gelar Al Amin, gelar Pedang Allah, dan lain sebagainya hanyalah sebuah bonus dari kesungguhan pada Islam. Dan mereka menghayati benar bahwa balasan sebenarnya hanyalah dari Allah.
            Banyang yang berusaha menyelami kisah-kisah perjuangan masa lalu dan banyak pula yang berusaha untuk mendapatkan inspirasi dari sana. Namun semakin ke sini, mulai terlihat pergeseran makna prestasi yang sebenarnya. Banyak prestasi yang tertoreh namun tak mempunyai manfaat bagi sekitar. Justru ada prestasi yang menjadi wasilah setan untuk membuat peraihnya silau akan gemerlap dunia. Niat yang salah dari awal akan menjadi boomerang bagi diri sendiri. Niat yang benar dari awal pun masih bisa terkikis dan memudar. Sedikit yang bisa bertahan hingga ia di ujung perjalanan. Itulah kenapa niat perlu diperbaharui setiap kita mengingatnya. Hm
            Allah tidak akan melihat isi CV kita. Allah melihat isi hati kita. Beberapa prestasi sangat pantas untuk dihargai. Misalnya pada guru yang mengabdikan diri di pelosok yang memang tak terkenal. Beberapa prestasi pantas dihargai karena prestasi ada akibat dari perjuangan. Ucapan selamat diiringi doa sudah cukup mengapresiasi. Dan beberapa prestasi tak perlu diagung-agungkan, karena takwa pada Allah adalah sebaik-baiknya prestasi.

Rabu, 05 Juni 2013

SILIKA GEL DARI ABU AMPAS TEBU


Indonesia kaya akan potensi alamnya. Industri perkebunan merupakan salah satu industri yang sangat menguntungkan. Tebu merupakan produk perkebunan yang telah menghidupkan industri gula di Indonesia. Namun industri tebu ini juga menyumbang banyak limbah bagi lingkungan khususnya sekitar pabrik. Limbah yang dihasikan leh pabrik tebu antara lain adalah limbah padat berupa ampas tebu, limbah cair berupa blothong, dan limbah gas keluaran dari cerobong asap pabrik.
Limbah ampas tebu merupakan limbah yang jumlahnya sangat melimpah. Ampas tebu merupakan serat kasar tebu hasil penggilingan. Di Indonesia, rata-rata ampas tebu yang dihasilkan setiap giling adalah sebanyak 32%. Ampas tebu ini bersifat bulky sehingga biasanya dibakar agar menjadi abu. Namun abu ampas tebu juga malah mengganggu kesuburan tanah. Setiap tahunnya 9000 ton abu ampas tebu dibuang sebgai tanah uruk.
Dari hasil penelitian, kandungan tertinggi dalam abu ampas tebu adalah senyawa silikat. Silikat ini merupakan senyawa yang bisa digunakan sebagai bahan baku pembuatan silika gel. Tim mahasiswa  UGM yang terdiri dari Intin Nurwati, Denok Kumalasari, Wiwik Indriani, dan Dena Prischa Putri, berinisiatif untuk mengaplikasikan pembuatan silika gel dari abu ampas tebu dengan menerapkannya pada komoditas pertanian. Keempat mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian tersebut ingin ikut serta dalam pengembangan industri pertanian.
“Pemanfaatan limbah telah mencuri perhatian banyak kalangan. Limbah ampas tebu yang berlimpah sangat potensial untuk diolah menjadi silika gel sehingga nilai ekonomisnya bertambah”, ujar Intin Nurwati.
Pembuatan silika gel dilakukan dengan ekstraksi silika dalam abu ampas tebu. Metode ekstraksi yang digunakan adalah dengan ekstraksi basa. Hasil silika gel tersebut kemudian dikemas dan diujikan pada komoditas pertanian.
“Eksperimen yang kami lakukan adalah pengujian silika gel pada buah-buahan. Komoditas pertanian kami pilih karena memang Indonesia memiliki keunggulan dalam bidang pertanian. Dan industri pertanian perlu dukungan secara terus-menerus demi kemajuan bangsa”, Tambah Denok Kumalasari.
Rencana ke depannya, tim ini ingin memasukkan hasil penelitiannya dalam jurnal ilmiah. Rencana jangka panjangnya adalah memproduksi silika gel dalam jumlah banyak dan menerapkannya langsung pada industri pertanian. (Intin Nurwati)