Kamis, 27 April 2017

Dibalik DORABON


Bismillah..
Lama nggak ngeblog.
Pandu yang boboci lelap menggodaku untuk buka lap top. Satu jam an sebelumnya aku ngutak ngutik HP untuk belajar. Aku mencari materi sharing jualan online baik dari instagram maupun youtube. Hmm.. ternyata belajar otodidak itu menyenangkan. Kuliah yang menghabiskan waktu 4 tahun tak lebih mengasyikkan daripada belajar sendiri. Pilih bahan sendiri, pahami sendiri, dan praktekkan sendiri. Hasilnya ya nikmati sendiri. Entah akan baik atau buruk, itulah hasil kinerja diri sendiri yang dilakukan dengan enjoy.

Enjoy...
Aku menikmati dengan penuh rasa syukur apa yang kulakukan sekarang. Soal menjadi ibu rumah tangga itu sudah lama kuinginkan dan senantiasa kunikmati. Tentang wirausaha, aku kembali merenungkan tentang ini. Aku berani mengambil langkah ini. Aku belajar otodidak tentang kesemuanya. Banyak hal yang aku tak faham hingga sedikit-sedikit menjadi lebih faham. Dan Alloh seringkali menunjukkan jawaban dari arah yang tak disangka-sangka.

Siang bolong membuatku merenung.. kini aku sudah memulainya. Aku membangun Dorabon dan sudah bisa menggaji 2 karyawan. Ya.. memang baru 2 dan itupun masih harian. Tapi rasanya ada beban tersendiri. Beban untuk senantiasa memberikan yang terbaik untuk mereka. Keluarga dan suami mendukung apa yang kulakukan. Lengkap sudah bekal untuk melanjutkan perjuangan ini.

Aku bersyukur saat tahu penjualan reseller Dorabon semakin meningkat. Aku bersyukur saat harus melakukan produksi rutin karena orderan antre. Aku bangga dengan pilihanku sekarang dan aku harus memperjuangkan untuk ke depannya.

Aku mengingat awal mula Dorabon berasal....

Semasa kuliah, aku punya tim bisnis bersama Denok dan Rahmi yaitu memproduksi teh herbal yaitu Teh Ciplukan. Produk inilah yang membuat kami berprestasi dari tingkat fakultas, tingkat Jogja, hingga yang tak terlupa adalah tingkat nasional yaitu juara 3 Pemilihan Wirausaha Muda Pemula (WMP) oleh Kemenpora. Rasanya itu adalah puncak prestasi kami. Tapi bagiku, itu adalah awal mula Dorabon dan jiwa wirausahaku dibentuk.

Teh Ciplukan membuatku bertemu dengan orang-orang spesial terutama Teh Aghna. Beliau produsen abon juara 2 bidang boga saat WMP 2013 itu. Dan aku di juara 3. Beliaulah yang mengajariku membuat abon. Dari sebelumnya aku praktek bikin puding, teh lidah buaya, kripik lidah buaya, abonlele, hingga akhirnya aku kepincut dengan salah satu produk Teh Aghna yang pernah kucoba.
Teh Aghna ma aku paling cantik wkwk

Bocoran banget ni ya, Dorabon lahir dari hasil ATM produk teh Aghna yang aku suka banget. Meskipun inspirasi dari sana, produk kami jauh beda. Bagaimanapun Teh Aghna hanya mengajariku garis besar membuat abon, dan selanjutnya aku uji coba sendiri. Belasan kali aku mencoba hingga terciptalah rasa Dorabon yang khas seperti sekarang.

Dulu pas tahun 2013, omset Teh Aghna sudah 100jutaan. Nggak tahu sekarang. Kalo omset Dorabon, mmm... jauh byanget nggak usah ditanya deh.

ATM (Amati Tiru Modifikasi) dalam dunia usaha itu biasa. Nggak bisa dihindari. Dan sekarang pun kalau ada yang tanya-tanya tentang Dorabon, aku akan menjawab sebaik mungkin yang aku bisa. Seperti yang Teh Aghna lakukan padaku. Tanya ini itu dijawab, nggak pernah nggak direspon. Padahal itu aku dalam rangka pengen niru produknya lho... haha. Jarang ada orang selegowo itu. Teh Aghna mengajariku yakin bahwa rejeki nggak akan tertukar. Semua ada bagiannya masing-masing. Dan yang paling penting ilmu yang beliau ajarkan inshaalloh jadi amal jariyah. Aamiin

Aku dan Teh Aghna sekarang saingan dunk? Bisa iya bisa tidak. Tapi 2 tahun Dorabon berjalan, kami tak bersinggungan. Ternyata kelas produk kami beda wkwk.. Beliau kelas kakap, aku kelas cucunya teri.

Makasi ya Teh...semoga sehat selalu. Khusnul khotimah. Aku inget banget saat nunggu acara penyerahan piala, Teh Aghna ngajak sholat isya dulu keburu nggak sempat. Katanya sholat tu nomer 1. Nyes di hati... 

*tulisan spesial untuk Teh Aghna


Tidak ada komentar:

Posting Komentar