Setelah dinyatakan tamat kuliah dari UGM pada
Mei 2014, aku belum pergi ke Jogja lagi setelah itu. Banyak yang bilang di
Jogja banyak dibangun bangunan baru seperti apartemen, hotel, dan mall. Apakah
suasana Jogja sudah berbeda? Sudah hampir satu tahun aku tak melihatnya. Dan
setelah tertunda beberapa kali, aku memutuskan menyambangi Jogja pada 27 April
2015. Sehari saja. Bismillah..
Sehari sebelumnya, aku sudah merasakan badan
tidak fit seperti biasa. Ditambah lagi ada bercak merah muncul di kedua lengan
dan kakiku. Ah aku tak begitu menghiraukan, mungkin akibat digigit nyamuk. Dan
hari itu tanggal 26 April 2015, aku masih bisa menjadi kurir Dorabon dan
membantu hajatan di keluarga kakak. Pada malam harinya, badanku mulai terasa
tidak enak lagi. Baju segunung yang menunggu disetlika akhirnya tak tuntas juga. Aku memilih tidur awal karena besuk
pagi akan cus ke Jogja.
Aku bangun sebelum subuh dan mempersiapkan
barang yang akan kubawa. Yang utama adalah dompet beserta isinya, HP, dan power
bank. Aku juga membawa beberapa kemasan Dorabon untuk teman-teman di Jogja yang
minta dibawakan. Aku berangkat dengan suka cita. Suami mengantar ke stasiun dengan
ikhlas J
Sesampai di Jogja pada 9.45 aku dijemput
Hermin. Dia adalah sahabat terbaik dan pelayanannya top markotop deh. Aku gemar
banget merepotkannya. Untuk hari senin ini dia meluangkan seharian untukku.
“Hari ini untukmu..” begitu ia berucap padaku.
Aku senang sekali bisa sampai di Jogja.
Memang berita itu benar, banyak
pembangunan hotel apartemen dan mall. Ada 2 jalan utama yang dulu 2 arah kini
sudah dibuat satu arah. Tapi, Jogja.. suasanamu tak berubah kok. Masih Jogja
yang berhati nyaman.
Tujuanku pergi ke Jogja sehari adalah pure untuk maen alias refreshing. Aku
ingin bertemu dengan teman-teman di JOgja. Setelah lulus dan berkutat membangun usaha di
rumah, aku merasakan ingin bernostalgia sebentar saja di Jogja. Jogja adalah
tempat yang tak sebentar aku tinggali untuk berproses hingga seperti sekarang.
“Kita mau kemana aja?” Hermin bertanya padaku
saat kami sudah di atas motor menyusuri jalanan Jogja.
“Aku nggak ada renana sih Min, Cuma ni ada
pesenan Dorabon untu beberapa teman. Aku bawain sekalian biar free ongkir gitu lohh..”
“Mmmm. Oke.. yang pertama kita ke KOPMA UGM.”
Aku memandangi list pesanan Dorabon untuk 10 orang.
Yang pertama adalah ke KOPMA untuk menitipkan
pesanan Dorabon pesanan Umam kepada satpam sesuai instruksi dari Umam. Dan
hasilnya 2 satpam menolak untuk dititipi barang. Hingga akhirnya Umam berencana
akan menemuiku di KOPMA pada jam istirahat. Entah dia dimana. Sepertinya dia
sedang terikat jam kerja.
Tempat selanjutnya adalah Gedung Pascasarjana
UGM. Tempat ini cukup nyaman dan ada taman luasnya pula. Di teras gedung lengkung
aku janjian bertemu Elya dan Jeremy. Aku juga menunggu Era yang katanya sedang
berada di PAU dekat dengan gedung Pascasarana UGM. Walaupun akhirnya kami tak
jadi bertemu karena pas aku di sana, Era sedang ujian.
Jeremy yang pertama kali datang. Jery (biasa
aku memanggilnya) adalah mahasiswa IPK terbaik jurusan dan lulus barengan
dengan aku. Dulu kami juga satu Dosen Pembimbing Skripsi. Sekarang dia kerja di AXA dan juga jualan buku langka. Aku
memesan buku “The Intelligent Investor” titipan suami. Dan beruntung sekali aku
mendapat bonus buku dari Jery yang berjudul “Wanita, Karir, dan Keluarga “ .Pas
banget lah! Jerry juga memesan Dorabon.
Kami juga mengobrol beberapa tentang Dorabon.
Tak lama kemudian Ellya datang, dia akan
mengambil pesanan Dorabon miliknya dan pesanan Cici. Heboh sekali saat kami
berkumpul berempat. Aku, Hermin, Ellya, dan Jerry. Jerry kerja, aku pengusaha,
Elya sudah pendadaran, dan Hermin proses skripsi. Obrolan kami kompleks. Hahahaha..Dan
tak lupa kami berfoto-foto untuk mengabadikan momen bahagia ini. Nggak tahu
kapan lagi ketemu kan?!
Setelah jam menunjukkan 11.30, aku mengajak
Hermin dan Elya makan siang. Aku sudah lapar sekali. Sedangkan Jery sudah cus
duluan melanjutkan aktifitasnya. Aku ingin makan di Pafito Italian Food. Kenapa
pengin di sini? Yang pertama, Pafito ni aktif banget upload menu hingga wall
Fbku terpenuhi gambar-gambar menunya yang bikin ngiler. Sering sekali aku
melihatnya. Dan tak sadar aku berikrar dalam hati bahwa suatu saat aku akan ke
sana. Alasan kedua, beberapa hari sebelumya aku janjian dengan Ayu kan ke Jogja
bersama. Ayu dari Cirebon, dan aku dari Madiun. Tapi ternyata Ayu mengurungkan
niatnya, tapi aku tak mengurungkan niatku. Hehe.. Ayu adalah temanku yang dulu
terlibat banyak saat pendirian Pafito. Jadi Pafito ini ada sejarahnya buat Ayu.
Dan karena ku tahu sejarahnya, aku juga tertarik ke Pafito. Begitu Guys.. trus
kami dapet cake larva gratis getoh!
Kami bertiga makan siang ditemani hujan.
Ngobrol kesana-kemari nggak ada habisnya. Kebanyakan tentang masa depan. Haha
ternyata kita masih muda. Lucu. Ngobrol hal-hal konyol. Kemudian aku mulai
merasakan capek sekali dan ingin tiduran. Menu fettucini yang kupesan terpaksa
tak kuhabiskan. Aku minta tolong Hermin untuk membantuku, dan ternyata dia juga
kekenyangan. Elya juga. Dia memesan bake potato yang hanya dia habiskan separo.
Berakhirlah makan siang itu karena kekenyangan. Big pizza yang terpesan
akhirnya dibungkus dan hermin mengusulkan akan diberikan pada Aini setelah
makan siang ini.
Setelah makan siang, aku dan Hermin menuju kos
Aini. Dan kami berpisah dengan Ellya. Aini masuk list pemesan Dorabon. Aku
berniat mengunjungi kosnya untuk melihat-lihat hijab dagangannya. Hhe.. Di kos
Aini inilah aku numpang ke kamar mandi dan juga rebahan. Badanku rasanya sudah
tidak karuan. Umam yang janjian denganku jam istirahat menghubungiku saat itu
tapi aku sudah tak berdaya jika harus keluar lagi. Intan dari Godean juga
menemuiku di kos Aini untuk mengambil pesanan Dorabonnya.
Setelah beristirahat dan mengobrol kesana
kemari dengan Hermin dan Aini, waktu sudah menunjukkan jam 3 sore yang artinya aku
harus bersiap ke stasiun Tugu. Kereta Madiun Jaya akan berangkat menuju Madiun
pada 16.35. Aku harus memburu tiketnya. Pada waktu itu, masih ada 3 orang yang
belum aku temui. Mereka adalah Eva yang baru pulang kerja jam 3 sore, Hana yang
sedang tidak enak badan dan bilang lebih baik menemuku di stasiun karena lebih
dekat dengan pondoknya, dan juga Nitya yang masuk pemesan Dorabon dan aku juga
memesan bread pudding buatannya untuk makan di kereta.
Aku dan Hermin menunggu dari jam setengah 4 sampai
jam 4 sore namun mereka bertiga belum muncul. Akhirnya aku memutuskan mengantri
tiket Madiun jaya. Dan yang tersisa adalah tiket berdiri. OMG! Tentu aku nggak mau. Aku dah tak sanggup
lagi. Bayanganku adalah aku akan tertidur pulas di kereta saat perjalanan
pulang. Aku menanyakan pada petugas loket apakah ada kereta lain, dan
alhamdulillah ada Sancaka jurusan Surabaya. Dan harga tiket untuk turun Madiun
adalah 120 ribu!! Bahkan harga ini bisa PP Madiun-Jogja naik Madiun Jaya nih.
Uang di tanganku hanya 100ribu. Akhirnya aku
mengurungkan niat. Aku berlari menuju Hermin yang ada di parkiran. Aku
menitipkan tas padanya. Setengah perjalanan, aku sudah ngos-ngosan. Akhirnya aku
menelfon Hermin untu menyusulku. Ia datang beserta Eva. Aku langsung menuju
loket dan akhirnya berhasil mendapatkan tiket Sancaka yang mahalnyo itu. Tak
apa, aku harus pulang, pikirku.
Jam sudah mepet menuju keberangkatan kereta.
Nitya dan Hana pasti terjebak macet. Sancaka berangkat jam 16.30, dan saat itu
pukul 16.18. Aku mulai panik dan ngos-ngosan. Akhirnya aku memberikan kontak
Hana dan Nitya kepada Hermin untuk menyampaikan pesanan Dorabon saat mereka
sudah sampai di stasiun. Eva masih di sampingku, tapi kami hanya mengobrol
sebentar, padahal aku ingin sekali berbincang lama dengan Eva dan mendengar perjuangannya
hingga akhirnya lolos seleksi beasiswa S2 ke Jepang.
Jam sudah menunjukkan 16.21. Aku harus masuk
kereta. Saat bercipika-cipiki dengan Hermin dan Eva, Nitya datang.
Alhamdulillah dia membawakanku puding pesananku untuk makan di kereta. Bertemu
sekejap, aku langsung masuk ke stasiun menuju kereta. Dan di kereta yang sama
aku bertemu Shidiq teman sejurusan yang ternyata juga mau menuju Madiun. Dia
kerja di Madiun, dan aku baru tahu ternyata selama ini kami 1 kota. Hadehhh...
Tak lama duduk, kereta berangkat. Di gerbongku sangat sepi, aku banyak tidur
selama perjalanan. Ac yang dingin membuatku membungkus wajah dan tanganku
rapat. Aku lelah sekali.
Jam
19.06 aku akan sampai Madiun. Ow Jelas aja tiketnya mahal. Ternyata Cuma 2,5
jam. Kalau saja aku naik Madiun Jaya, jam 9 baru sampai di Madiun. Sedangkan
badanku rasanya nggak karuan. Allah mah sayang banget sama aku.
Sesampai di Madiun, suami setia menjemput
meskipun hujan. Aku menunjukkan bercak merah di pipi, dan suami langsung mengajakku
periksa ke dokter. Dan hasilnya ternyata aku terkena flu singapura. Hmm..
Penyakit ini tak bahaya seperti flu burung. Penyakit ini disebabkan virus dan
biasanya mengenai anak balita.
Lega sekali sampai rumah,..
Terima kasih Jogja. Terimakasih Hermin yang
membersamai, terimakasih Jerry atas bonus bukunya, terimakasih Elya atas
masukan untuk Dorabon, terimakasih Aini untuk diskon hijab,layanan selama di
kos serta obrolannya, terimakasih Intan sudah rela meninggalkan Yasmin
sejenak demi mengambil Dorabon (enak
kan? Hhe)), terimakasih Eva sudah buru-buru ke stasiun demi aku, terima kasih Nitya
bonus risolesnya, terimakasihHana sudah ke stasiun meskipun kita tak bertemu..
Untuk Umam. Dorabon aku paketin yah.. Hehe