Kelapa sawit adalah komoditas unggul
Indonesia yang saya akrabi semenjak kuliah
di jurusan Teknologi Industri Pertanian. Industri kelapa sawit sangat populer
karena menjanjikan dari segi materi. Banyak alumni yang bekerja di industri
kelapa sawit menceritakan kemapanan yang diraih. Lambat laun memperlajari
tentang industri kelapa sawit, ternyata
ada hal paling krusial yang membuat hati kurang sreg yaitu dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perluasan kebun
kelapa sawit. Dan sekarang ini, terjadi pembakaran hutan yang dampaknya menasional
dan terkenal ke seantero dunia.
Media sosial tak sepi
saling mengkritik berbagai pihak. Menanyakan peran pemerintah, menghujat
perusahaan minyak sawit, sampai menyebut ini adalah azab atas keserakahan
penguasa di Indonesia. Hampir semua
tulisan yang muncul adalah wujud dari kegeraman atas pembakaran hutan yang sampai
menelan korban jiwa. Golongan yang beraksi nyata langsung menggalang dana untuk
korban bencana asap. Dan ternyata, kejadian seperti ini bukan pertama kalinya lho! Bahkan sebelumnya kita sering
mendengar kasus pembantaian otang utan karena perluasan kebun kelapa sawit.
Apakah ada yang belum
tahu tentang kelapa sawit? Kelapa sawit adalah penghasil minyak sawit yang
menjadi bahan baku kebutuhan kita sehari-hari. Mulai dari bahan bakar,
kebutuhan dapur, sampai kebutuhan kosmetik. Contohnya saja minyak goreng, sabun, kosmetik,
es krim, coklat, dan produk-produk belanja bulanan kita di swalayan. Kenaikan permintaan
minyak sawit tiap tahunnya tentu membutuhkan lahan yang lebih luas terus-menerus.
Dan kelapa sawit adalah tanaman yang baik tumbuh pada iklim tropis. Hal inilah
yang menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar, tapi
juga masuk 3 besar negara penggunanya bersama India dan China.
Tapi kan buka lahannya nggak harus brutal?
Dalam dunia industri, cara paling efisien akan dipilih untuk mendapatkan
keuntungan berlipat-lipat. Masih geram ya dengan pembakaran hutan terjadi? Em..
ternyata kita ikut andil lho! Kan
kita konsumen berbagai produk olahan minyak sawit.
Saya juga adalah
pengguna minyak goreng sawit yang rutin karena saya mempunyai usaha abon. Saya
memakai merk minyak goreng yang ternyata diproduksi oleh perusahaan yang diduga
masuk kelompok pelaku pembakaran hutan. Alhasil, galau melanda dengan
dahsyatnya. Saya menggunakan minyak goreng terbaik berdasarkan survei sendiri.
Standar terbaik saya adalah awet kejernihannya. Ya sudah, saya pikir ini adalah
minyak goreng tersehat. Saya meyakinkan konsumen abon tentang hal ini.
Hingga kemudian bebarapa
waktu lalu, ibu membuat minyak kelapa atau yang bisa kami sebut blondo. Menurut orang tua di daerah saya,
minyak kelapa buatan sendiri ini dapat memperlancar bersalin. Ibu membuatkan untuk
saya dari 1 butir kelapa dan hanya menghasilkan 1 toples kecil minyak kelapa.
Kemudian saya terhenyak, kenapa saya tidak beralih ke minyak goreng kelapa
saja? Saya tahu minyak goreng kelapa jauh lebih sehat daripada minyak goreng
sawit. Usut punya usut ternyata minyak goreng kelapa harganya 2 kali lipat dari
minyak goreng sawit. Produk ini juga tidak seeksis minyak goreng sawit alias sering
menjadi minyak tidur di swalayan. Konsumen tentu merasa bangga saat berhemat
dengan mendapatkan minyak yang lebih murah. Terbayang kalau sosialisasi tentang
kebaikan minyak goreng kelapa dibandingkan minyak kelaoa sawit. Kemungkinan akan
banyak konsumen beralih dari minyak goreng sawit. Pembakaran hutan akan dapat
kita cegah. Bisakah seperti itu?
Ternyata tidak semudah
itu Kawan.... Pelaku industri kelapa sawit memahami bahwa minyak sawit amatlah
efisien. Murah untuk diproduksi dan hasilnya amat melimpah serta serba guna. Meskipun
banyak kenakalan yang diakibatkan oleh industri minyak sawit, ternyata tidak
dapat dipungkiri bahwa minyak sawit adalah primdona yang tak akan tergantikan. Alasan
pertama adalah sekali lagi minyak sawit adalah produk paling efisien,
dibandingkan minyak nabati lainnya. Misalkan saja kita beralih ke minyak
kelapa, akan semakin banyak lahan yang dibutuhkan dan semakin mahal biaya untuk
memproduksinya. Alasan kedua, industri minyak sawit adalah lahan mata
pencaharian khususnya bagi mereka yang di Sumatera dan Kalimantan. Banyak yang
hidup dari industri ini. Bahkan tak sedikit orang Jawa yang merantau kesana
karena memang industri sawit sangat menggiurkan. Tidak sedikit orang Jawa punya
kebun sawit. Dan alasan ketiga, minyak sawit memiliki keunggulan yang tidak
dimiliki minyak lain. Minyak sawit dapat mempertahankan karakteristiknya bahkan
dalam suhu tinggi, minyak sawit juga dapat berperan sebagai pengawet natural, serta
tidak berbau meski digunakan dalam berbagai resep.
Apapun
aksi kita, yang penting kita mulai dari diri sendiri, kita mulai dari yang
kecil namun konsisten. Apalagi kalau kita lakukan bersama-sama. Tinggal tunggu
perubahan besar yang akan terjadi. Menurut saya, ada 3 hal sederhana yang bisa
kita lakukan.Pertama adalah membeli produk-produk yang mengandung sustainable palm oil. Ada pelaku
industri sawit yang nakal tapi ada yang baik juga. Pada 2008, Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)
mengembangkan serangkaian kriteria lingkungan dan sosial yang harus dipatuhi
perusahaan-perusahaan agar menghasilkan Certified
Sustainable Palm Oil (CSPO). Ketika diterapkan secara benar, hal ini dapat
membantu meminimalisasi dampak negatif industri sawit terhadap lingkungan dan
komunitas di daerah-daerah penghasil minyak sawit. Keren nggak? Produk yang
sudah bersertifikat RSPO, akan ada label RSPO di pada kemasannya. Nah sekarang kalau belanja di swalayan
dicek dan ricek lagi ya! Jangan cuma lihat harganya!
Label RSPO |
Kedua,
mendukung kegiatan-kegiatan yang memperjuangkan isu lingkungan. Kita bisa berpartisipasi dengan World Wild Life (WWF) dengan kampanye “beli
yang baik” dan kepedulian terhadap nasib orang utan yang semakin
memprihatinkan. Banyak kegiatan yang bisa kitta dukung. Kepoin aja!
Ketiga,
Menulis. Semua dari kita bisa menulis. Mulai dari menulis status facebook
hingga membuat artikel atau opini. Nah kita bisa menyelipkan kampanye
terselubung tentang isu kepedulian lingkungan yang kita galakkan. Jangan lupa
dishare, kalau cuma nulis lalu
disimpan ya sama aja bohong. Minimal menulis
di media sosial. Kalau kurang semangat menulis, bisa share tulisan yang relevan dengan visi kita.
Permudah,
beraksilah... demi Indonesia yang lebih baik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar