Indonesia
akan memiliki keunggulan atau bonus demografi di tahun 2025, akibat baby booming yang terjadi di negeri ini
dalam beberapa tahun terakhir. Diperkirakan jumlah penduduk muda (usia 17-40
tahun) negeri ini akan berada pada titik puncaknya pada tahun tersebut bersama
dengan India dan Cina. Disaat negara lain seperti amerika serikat, Jepang dan
negara-negara eropa akan memiliki jumlah manula terbesar di tahun 2025. Ini
keunggulan yang akan kita miliki, dapat menjadi kekuatan bagi Indonesia untuk
menjadi negeri yang adidaya di dunia.1
Indonesia adalah negara yang kaya, negara
yang makmur, dan negara yang sudah menyadari betapa pentingnya peranan pemuda
demi kemajuan bangsa. Seluruh dunia pun mengetahui bahwa pemuda adalah aset yang
bisa dikaryakan demi terwujudnya tujuan sebuah negara. Para pemudalah yang
nantinya akan meneruskan roda kepemimpinan bangsa ini ke arah lebih baik lagi.
Hingga berkurangnya orang yang belum
bisa makan sekali sehari, hingga berkurangnya orang yang berlagak merana di
pinggir jalan, hingga berkurangnya impor beras, dan semua sisi negatif bangsa
yang ada saat ini. Semua harapan seakan-akan ditumpukan kepada para pemuda,
namun tak banyak yang menyadari itu. Menyadari bahwa mereka sedang ditunggu
untuk beraksi dengan dediksai tinggi. Mereka ditunggu untuk berdiri tegak dan
berhenti mengutamakan diri sendiri. Seberapa hebatkah seorang pemuda? Hingga
mereka ditunggu-tunggu. Peradaban berubah di tangan pemuda. Sejarah mencatat ini dengan sangat baik,
bagaimana pemuda tangguh bernama Christopher Colombus menembus samudra atlantik
dan menemukan benua Amerika yang kini bahkan menjadi pemimpin peradaban dunia. Sukses
muda akan lebih hebat daripada mereka yang sukses di usia rata-rata orang
sukses.
Di
era yang modern ini, tak sulit untuk mendapatkan ilmu yang ingin kita pelajari.
Entah sampai kuliah atau tidak, nyatanya banyak juga orang yang bisa sukses
tanpa mengenyam bangku kuliah. Mereka langsung mempraktekkan ilmu yang baru
mereka dapat dan mereka lebih banyak bersinggungan dengan realitas kehidupan. Tak
banyak pemuda yang menyadari hal itu. Pemuda jaman sekarang hoby sekali mencari
ilmu dan pengalaman. Meraka bangga bisa kuliah dan menyelesaikan skripsi dengan
baik. Mereka bangga dengan IP bagus, CV penuh, organisator, dan vokal dalam
setiap diskusi. Pengalaman pernah mengabdi pada masyarakat selama 2 bulan saat
KKN pun sangat mereka banggakan. Tapi apa yang mereka lakukan untuk negeri ini,
mereka lupa akan hal itu. Dunia kampus yang membentuk idealisme mahasiswa tidak
dibarengi pembelajaran realita pada lapangan sehingga hal ini membuat mereka gagap menerapkan ilmu yang mereka
dapat. Seminar-seminar ada setiap minggunya. Mau yang gratis, mau yang
berbayar, semua ada. Buku-buku berjejer rapi di perpustakaan manapun yang bisa
dikunjungi kapan saja. Internet, koneksi dengan orang-orang hebat, lingkungan
akademis, semua ada. Seakan-akan pemuda sekarang hidup dalam negeri dongeng yang
menebarkan emas dimana-mana. Emas yang berharga ada dimana-mana. Tinggal siapa
yang mau bisa mengambilnya. Seperti itu
juga ilmu yang ada saat ini. Kuliah tak kuliah, pintar adalah pilihan.
Berilmu adalah keharusan bagi pemuda yang seharusnya menjadi penerus bangsa
ini. Masih bingung emas itu buat apa? Apa berlagak lupa? Atau bingung mulai
dari mana?
Pintar, tahu ilmunya, tapi tidak action sama dengan nol. Pemuda sekarang
tahu akan hal itu. Mereka tahu semua butuh tindakan. Mereka tahu cara memanen
padi dan tahu padi itu akan bisa dinikmati setelah dipanen. Mereka tahu segala
gagasan tertulis adalah untuk ditindak lanjuti. Masih mending tahu gagasan itu
harus tertulis. Ya setidaknya ada materi bahasa indonesia yang mereka
aplikasikan, menulis opini dengan baik.
Entah
apa penyebab semua ini. Yang jelas tak sepantasnya pemuda intelek –yang mengenyam
bangku kuliah- merasa lebih bisa daripada pemuda yang tak kuliah. Dan dunia kampus
yang selama ini dielu-elukan ternyata tak cukup sebagai tempat belajar tentang
kehidupan dan tentang bagaimana peran pemuda sejati dalam menghadapi hidup ini.
Tak usahlah merasa hebat dengan seabrek aktifitas di kampus entah kuliah,
organisasi, UKM, kepanitiaan, lomba-lomba, dan semuanya. Karena tak banyak yang
sadar bahwa realitas di masyarakat akan sangat berbeda dengan idealisme yang selama
ini mereka pegang. Tak banyak yang menyadari bahwa selama ini adalah proses dan
action mereka ditungu-tunggu. Senangnya
bisa KKN mengabdi pada masyarakat, merasa sudah faham arti “berguna”, apalagi
jika ditempatkan di pelosok negeri. Setelah itu, lagi-lagi pengalaman yang
berkesan untuk mereka sendiri. Blog penuh dengan cerita dan foto-foto KKN yang
penuh duka. Mereka ‘kangen’ suasana KKN
dan mengobarkan semangat untuk memperbaiki daerah tertinggal di Indonesia, masa
depan Indonesia. Fatamorgana. Setelah lulus kuliah, masa depan diri sendiri lah
yang lebih penting. Sudah tradisi..
Solusi akan ditemukan melalui sebuah perenungan
yang benar. Semuanya perlu sadar bahwa semua saling membutuhkan satu sama lain dan bangsa ini tidak butuh
untuk dipojokkan terus menerus. Pemerintah pun tidak suka diolok-olok . Tak
sepenuhnya mereka berdosa. Justru dari mereka kita bisa berkaca mau jadi
seperti apa kita nanti. Mau jadi apa negeri ini di tangan-tagan kita nanti.
Semua yang kita lalui selama ini bukanlah sesuatu yang kata wajib menuntut
balasannya. Semua adalah proses dalam mencapai suatu tujuan bersama. Ilmu tidak
mematangkan kita secara individu. Ilmu seharusnya bisa menyatukan kita dengan
tindakan yang nyata berangkat dari ilmu yang selama ini kita pelajari. Dan
kebanggan bukanlah di saat kita berprestasi . Kebanggaan adalah di saat kita
bisa menebar lebih banyak manfaat dan membuat semakin banyak orang tersenyum.
Di situlah letak kebanggan pemuda sejati. Sudah saatya target hidup dirubah. Bukan
hanya akan membanggakan orang tua tapi membanggakankan bangsa kita. Show off!
Sumber daya
yang dimiliki Indonesia bukan hanya untuk dielu-elukan saja, sudah saatnya pemuda
Indonesia berpikir besar dan berperan signifikan dalam perbaikan bangsa melalui
sebuah aksi nyata yang konsisten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar