Senin, 09 Mei 2016

BERBEDA ITU BIASA, YANG PENTING KAMU NGAJI DIMANA?

Ada rasa damai tatkala melihat ada anak-anak rukun dalam bermain. Kalaupun sempat bertengkar, itu hanya sebentar. Usil yang tak disengaja dan tak masuk ke hati. Mudah bagi mereka baikan begitu saja. Nggak peduli yang satu ingusan, yang satu keriting, lainnya anak  pak lurah, dan lainnya lagi berkulit hitam. Yang mereka tahu bahwa mereka adalah sebaya dan memiliki tujuan bersama yaitu main bersama. Jikapun terjadi saling mengejek, besoknya juga sudah lupa. Indah sekali.
Ada rasa gundah tatkala melihat kita yang sudah dewasa ini saling mencerca. Mudahnya mengatakan kekurangan orang lain dan sok memnyalahkan apa yang kurang tepat dari diri yang bukan kita. Kenapa kita selalu merasa paling benar?
Jika ego seperti itu ada dalam satu rumah, bisa saja rumah itu akan segera roboh menghancurkan semua yang di dalamnya. Kita memang berbeda, tapi apa perlu perbedaan itu menjadi penyebab untuk menebar kebencian yang nyatanya akan merugikan semuanya termasuk diri kita sendiri. Sedih jika kawanan sini mengkritik kawanan sana serta sebaliknya. Nyatanya jelas kita saudara. Apa yang sama? Terlalu banyak.
Saya dari kecil ngaji dengan ustadz NU. Ngaji iqro, barzanzi, sholawatan, yasinan, slametan, tahlil, dan seterusnya.  Kemudian SMA kenal dengan diniyah yang menghantarkan saya ikut liqo hingga sekarang. Saat SMA juga, saya sempat tergabung sebuah komunitas yang ternyata adalah HTI. Bahkan saya sampai ke tahap pertemuan kader seJawa dan mengucapkan semacam baiat di sana. Pada tahap kuliah, saya punya teman dari Muhammadiyah. Saya tahu lebih tentang semngat kader HTI. Ada juga teman salafy. Di tahun terakhir kuliah saya tinggal di asrama dan ngaji dengan ustadzah NU. Saat kuliah saya punya usaha dengan teman PII. Dan untuk usaha yang sekarang, saya bekerjasama dengan teman salafy. Oh ya saya juga ada teman LDII bahkan ada tetangga juga yang LDII. Sebelah rumah juga ada jamaah yang punya semacam padepokan. Ah, banyak lagi mungkin yang saya belum tahu. Setelah saya tahu tentang jamaah-jamaah yang saya sebut di atas akhirnya secara alami saya mengikuti yang  pas di hati. Sekarang ini saya liqa, saya ngaji alquran dengan ustadzah NU, dan suami saya basis NU. Apakah ada prinsip yang bertabrakan? Iya, tentu saja. Prinsip yang bertabrakan tak harus memulai pertengkaran. Berbeda itu sudah biasa. Nggak hanya dalam hal tempat ngaji. Semua harus rukun. Ilmu kita sedikit, praktekkan saja ilmu yang sedikit itu. Tak perlu sombong. Menyibukkan diri memperbaiki diri bukan sebaliknya sibuk mengkoreksi golongan sana sini. *ntms
Ibu saya orang biasa, kenal ngaji saat usia hampir senja ini. Tapi mashaalloh, belum adzan dah persiapan sholat. Berbeda itu biasa, yang nggak biasa itu yang mempermasalahkan perbedaan. Biasanya yang begitu belum ngaji atau lagi cuti semangat ngajinya. Yuk nggak usah saling menghakimi,..kita saudara. Jaga diri dan jaga saudara. Kiamat sudah semakin dekat lho... masih bingung mau ngaji dimana? Buruan!
Jamaah oh jamaah... (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar