Pada hari itu, kamis tanggal 28
februari 2013. Aku sangat senang akhirnya bisa berkunjung ke salah satu panti
asuhan di Yogyakarta. Setelah bertanya kesana-kesini akhirnya aku mendapatkan
alamat salah satu panti asuhan yang beralamatkan di Jl Veteran 128. Aku pergi
kesana dengan 3 orang teman sejurusan, satu temen asrama dan 1 adek angkatan
sebagai penunjuk jalan. Awalnya kami janjian dengan pengasuh rumah yatim
tersebut adalah jam 16.00. Tapi karena telat dan macet, kami sampai di sana
setengah lima lebih.
Kami yang telat akhirnya tak bisa
mengobrol dengan Bu Wiwin -pengelola panti- karena sudah harus menemui tamu
yang lain. Karena saat itu hari kamis, Bu Wiwin harus mengantarkan makanan kepada
anak asuhnya yang berada di sekitar rumah. Makanan itu sudah dijatah dari suatu
yayasan setiap senin dan kamis sebagai makanan untuk berbuka puasa. Total anak
asuh Bu Wiwin adalah 42. Sebelas diantaranya adalah masih SD dan tinggal
serumah dengan Bu Wiwin. Katanya, kebanyakan dari anak yatim ini adalah korban
gempa Bantul kemarin.
Apakah rumah Bu Wiwin besar? Tidak
sama sekali. Rumah beliau cukup kecil dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama
digunakan untuk membuka salon muslimah dan lantai kedua digunakan sebagai
tempat tidur 11 anak asuhnya. Salon beliau bernama “Salon Wiwin Muslimah”.
Seperti judul artikel di atas, Bu
Wiwin adalah seorang mualaf. Dan yang membuat saya senang sekali adalah saya
pernah mendengar kisahnya di MQ FM. Dari kisah yang saya dengar itu saya merasa
sangat terinspirasi. Dan tidak menyangka akhirnya bisa bertemu. Seingat saya Bu
Wiwin dulu adalah nonislam dengan keehidupannya yang sudah nyaman. Beliau sudah
mempunyai beberapa anak dan mempunyai usaha salon sendiri. Saat itu Bu Wiwin
mempunyai seorang pegawai islam yang taat. Bu Wiwin sering memperhatikan saat
pegawainya sholat dan akhirnya beliau tertarik untuk mempelajari Al-Quran. Singkat
cerita, Bu Wiwin mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan rela meningggalkan
suami, anak, dan hartanya demi keyakinan baru yang ia miliki.
Kisah mualaf memang selalu
menginspirasi. Saya yakin perjuangan Bu Wiwin sangatlah dahsyat hingga menjadi
seperti sekarang ini. Dengan keadaan seadanya, Bu Wiwin membuka panti asuhan
pada tahun 2006 dan baru diketahui khalayak umum 2011. Jadi sebelumnya, panti
asuhan yang beliau dirikan bersifat mandiri.
Bagaimana aktifitasnya
sehari-hari? Tentu pagi hari mempersiapkan anak-anak sekolah. Satu motor Vario beliau pakai untuk mengantarkan 5
anak langsung, 2 di depan, dan 3 di belakang. Setelah itu mengurus salon dan
ada tugas menjemput anak-anak sekolah di siang hari. Belum lagi sore hari juga
antar jemput anak-anak TPA. Sungguh menginspirasi. Seorang mualaf yang single
parent dan mengabdikan hidupnya untuk anak yatim.
Saat bertemu dengan anak-anak
asuh di sana. Hmmm mereka sangat lugu. Dan kedekatan mereka dengan Bu Wiwin
sudah tanpa jarak. Mereka seprti seorang ibu dengan anak-anak kandungnya.
Bagaimana dengan kita? Talk less
do more!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar