Sabtu, 02 Maret 2013

kisah mualaf (Wiwin Muslimah)

Pada hari itu, kamis tanggal 28 februari 2013. Aku sangat senang akhirnya bisa berkunjung ke salah satu panti asuhan di Yogyakarta. Setelah bertanya kesana-kesini akhirnya aku mendapatkan alamat salah satu panti asuhan yang beralamatkan di Jl Veteran 128. Aku pergi kesana dengan 3 orang teman sejurusan, satu temen asrama dan 1 adek angkatan sebagai penunjuk jalan. Awalnya kami janjian dengan pengasuh rumah yatim tersebut adalah jam 16.00. Tapi karena telat dan macet, kami sampai di sana setengah lima lebih.
Kami yang telat akhirnya tak bisa mengobrol dengan Bu Wiwin -pengelola panti- karena sudah harus menemui tamu yang lain. Karena saat itu hari kamis, Bu Wiwin harus mengantarkan makanan kepada anak asuhnya yang berada di sekitar rumah. Makanan itu sudah dijatah dari suatu yayasan setiap senin dan kamis sebagai makanan untuk berbuka puasa. Total anak asuh Bu Wiwin adalah 42. Sebelas diantaranya adalah masih SD dan tinggal serumah dengan Bu Wiwin. Katanya, kebanyakan dari anak yatim ini adalah korban gempa Bantul kemarin.
Apakah rumah Bu Wiwin besar? Tidak sama sekali. Rumah beliau cukup kecil dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk membuka salon muslimah dan lantai kedua digunakan sebagai tempat tidur 11 anak asuhnya. Salon beliau bernama “Salon Wiwin Muslimah”.
Seperti judul artikel di atas, Bu Wiwin adalah seorang mualaf. Dan yang membuat saya senang sekali adalah saya pernah mendengar kisahnya di MQ FM. Dari kisah yang saya dengar itu saya merasa sangat terinspirasi. Dan tidak menyangka akhirnya bisa bertemu. Seingat saya Bu Wiwin dulu adalah nonislam dengan keehidupannya yang sudah nyaman. Beliau sudah mempunyai beberapa anak dan mempunyai usaha salon sendiri. Saat itu Bu Wiwin mempunyai seorang pegawai islam yang taat. Bu Wiwin sering memperhatikan saat pegawainya sholat dan akhirnya beliau tertarik untuk mempelajari Al-Quran. Singkat cerita, Bu Wiwin mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan rela meningggalkan suami, anak, dan hartanya demi keyakinan baru yang ia miliki.
Kisah mualaf memang selalu menginspirasi. Saya yakin perjuangan Bu Wiwin sangatlah dahsyat hingga menjadi seperti sekarang ini. Dengan keadaan seadanya, Bu Wiwin membuka panti asuhan pada tahun 2006 dan baru diketahui khalayak umum 2011. Jadi sebelumnya, panti asuhan yang beliau dirikan bersifat mandiri.
Bagaimana aktifitasnya sehari-hari? Tentu pagi hari mempersiapkan anak-anak sekolah. Satu motor Vario beliau pakai untuk mengantarkan 5 anak langsung, 2 di depan, dan 3 di belakang. Setelah itu mengurus salon dan ada tugas menjemput anak-anak sekolah di siang hari. Belum lagi sore hari juga antar jemput anak-anak TPA. Sungguh menginspirasi. Seorang mualaf yang single parent dan mengabdikan hidupnya untuk anak yatim.
Saat bertemu dengan anak-anak asuh di sana. Hmmm mereka sangat lugu. Dan kedekatan mereka dengan Bu Wiwin sudah tanpa jarak. Mereka seprti seorang ibu dengan anak-anak kandungnya.
Bagaimana dengan kita? Talk less do more! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar